Minggu, 25 Mei 2014

Sinopsis K-Movie: Could Eyes Part 1

Minggu, 25 Mei 2014
Sinopsis Could Eyes  Part 1

Film Could eyes di awali dengan scene di dalam kereta. Diantara para penumpang, ada seorang wanita yang memainkan ponselnya. Dia menutup kepalanya dengan kupluk hoodie yang dia pakai. Wanita itu berambut pendek dan menggunakan earphone merah. Dia berbalik menghadap kaca jendela. Di kaca jendela, terpantul bayangan seorang pria berkacamata yang sedang tertidur.
Wanita yang memakai earphone merah itu menyibakkan lengan jaketnya. Dia melihat jam di tangan kirinya. Lalu, dia mengalihkan pandangan ke arah pria kacamata yang masih tertidur lelap. Jari tangannya terus mengetuk-ngetuk besi pegangan tangan di kereta.


Di sisi lain, di stasiun, seorang pria berbadan tegap sedang memasukkan angka-angka ke dalam kotak yang ada di salah satu halaman buku sudoku. Disekitarnya, orang-orang sedang sibuk menunggu kereta yang hampir tiba. Menyadari kereta yang akan tiba, pria itu menyimpan balpoinnya ke dalam saku dan memasukkan buku sudokunya ke dalam tas. Pria itu berusaha menghindarkan wajahnya dari CCTV. Sambil menatap ke arah yang berlawanan dari CCTV, dia masuk ke dalam kereta. .. (hmmm,,, mencurigakan)
Pria itu membuka pintu, memasuki gerbong kereta. Dia membaur dengan penumpang lain. Dia mengangkat ponselnya yang berdering. Sambil terus berjalan, dia berbicara mengenai pemesanan makanan dengan seorang wanita diseberang telpon


Pria berkacamata terbangun dari tidurnya. Entah sengaja atau tidak, dia menjatuhkan koran yang ada di pangkuannya. Dalam keadaan setengah sadar, dia berdiri. Dia melangkahkan kakinya, hendak mendekati pintu keluar. Tapi, dia malah menabrak seorang wanita berambut panjang yang keluar dari pintu antar gerbong di dekatnya. Tas-tas belanjaan wanita yang ditabrak itu berjatuhan. Pria berkacamata hendak membantu mengambilkan tas-tas itu. Tapi si wanita yang tadi di tabrak malah marah-marah dan mengatainya sebagai orang aneh.
Sesaat, wanita earphone merah memperhatikan kejadian itu. Pria yang berdiri disampingnya pun ikut memperhatikan. Ketika wanita berambut panjang melangkah ke arahnya, wanita earphone merah berbalik dan menutup mata. Setelah wanita berambut panjang melewatinya, dia kembali melihat ke arah wanita berambut panjang itu berjalan.
Lalu, seorang pria mengambil koran yang tadi di jatuhkan oleh pria berkacamata.

Di stasiun yeoksam pria berkacamata dan wanita earphone merah turun melalui pintu yang berbeda. Wanita earphone merah terus membuntuti pria kacamata.
Pintu kereta yang hendak tertutup, di tahan oleh sebuah tas kerja berwarna cokelat. Pintu kereta kembali terbuka. Ternyata pria berbadan tegap yang tadi menelpon keluar dari kereta.

Wanita earphone merah masih mengikuti pria berkacamata. Mereka telah berada di jalan raya. Sesekali dia mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan.
Saat sedang menyebrang jalan, tiba-tiba pria berkacamata berbalik dan melangkah ke arah yang berbeda dari sebelumnya. Agar tidak ketahuan sedang mengikuti, wanita earphone merah tetap melanjutkan langkahnya.
wanita earphone merah masih mengikuti pria berkacamata dari seberang jalan. Pria berkacamata yang sedang diikutinya tiba-tiba berbelok ke kiri, menuju arah jalan yang sulit dia ikuti dari sebrang. Dengan kesal, wanita itu menurunkan kupluk dari kepalanya. Takut kehilangan jejak, dia meloncati pagar pembatas jalan. Meski banyak mobil yang menegurnya dengan klakson karena menyebrang jalan sembarangan, dia tetap berlari, berusaha untuk mengejar laki-laki berkacamata yang telah melangkah cukup jauh.

Pria berbadan tegap telah berada di tempat parkir sebuah gedung. Dia telah menggunakan sarung tangan. Matanya menatap cctv. Sepertinya dia sudah mengetahui bahwa dalam beberapa saat cctv tidak bisa menangkap gambarnya karena silau oleh pantulan sinar matahari dari gedung sebelah. Tanpa terekam oleh cctv, dia memasuki salah satu mobil yang sedang terparkir. Dengan tenang dia menyimpan tabung di dalam mobil. Kemudian dia membuka tutupnya perlahan. Di dalam tabung itu terdapat cairan (Maaf, aku gak tahu itu cairan apa).

Kembali ke pria berkacamata dan wanita earphone merah.
Pria berkacamata mengangkat telponnya yang berdering.
“Bicaralah!” kata pria itu kepada seseorang di seberang telepon.
Wanita earphone merah ternyata masih mengikuti pria berkacamata. Ketika pria berkacamata mengangkat telepon dan berhenti berjalan, dia melewati pria itu begitu saja.
Di sisi lain ada pria gemuk dengan cambang dan kumis yang lebat sedang berjalan dari arah berlawanan. Dia melewati wanita earphone merah dan pria kacamata sambil melahap makanannya.
Sambil tetap menelepon, pria berkacamata sedikit mengarahkan matanya menatap pria gemuk yang terus berjalan.
Wanita earphone merah ternyata menunggu pria berkacamata di selasar sebuah gedung di pinggir jalan.
Setelah pria berkacamata melewati tempatnya bersembunyi, dia kembali mengikuti pria itu dari belakang.

Scene beralih ke sebuah bank. Bank tersebut sebentar lagi akan tutup. Seorang pria berpakaian perlente sedang duduk di kursi tunggu nasabah. Dia mengangkat telepon dari seseorang.
Entah si pria perlente di hubungi oleh siapa, tapi saat ini scene menggambarkan bahwa pria berkacamata juga sedang menelepon di sebuah telepon umum. Namun, digambarkan pula banyak orang-orang yang sedang menggunakan ponselnya.
Wanita earphone merah masih mengamati pria berkacamata yang sedang menelepon. Dia memperhatikan pria itu sedang menulis sesuatu di halaman buku. Lalu pria itu menyobek bagian halaman yang ditulisinya.
“Aku ingin mengakhirinya. Bye,” ucap pria kepada seseorang diseberang telepon.


Pria gemuk dengan cambang yang tadi berpapasan dengan wanita earphone merah dan pria berkacamata telah berada di sebuah mini market. Dia membeli minuman. Ketika akan membayar, dia kekurangan seratus won. Dia mengeluarkan barang-barang yang ada di saku jaketnya untuk mencari uang seratus won yang mungkin terselip. Sambil mencercau mengeluhkan uang seratus won, dia terus mengeluarkan barang-barang di sakunya, termasuk sebuah kartu transportasi. Kasir yang sudah kesal menunggu mengataan bahwa kartu transportasi juga bisa digunakan untuk membayar. Akhirnya, pria gemuk itu membayar dengan kartu transportasi.
Si Pria berbadan tegap saat ini berada di atap gedung yang terbuka (kalau dilihat sepertinya itu gedung yang berbeda dari tempat mobil sebelumnya). Dia menatap ke bawah, memperhatikan jalanan yang berada di bawahnya. Pria gemuk yang tadi berada di mini market, kini telah berdiri di pinggir jalan. Di telinga kanannya sudah terpasang earphone. Sementara itu, di dalam sebuah van, orang-orang berbaju kuning sudah siap dengan pistol dan senapan. Pria tegap yang berada di atap gedung, membuka tas kerjanya yang berwarna cokelat. Ternyata, didalamnya ada semacam radio. Dia menyambungkan radio di dalam tas dengan ponselnya. Kemudian, dia memasangkan earphone yang terhubung ke radio dan ponsel ke telinganya.
Suara-suara yang didengarkannya ternyata adalah suara-suara polisi yang sedang berkomunikasi. Dia telah  menyadap radio polisi sehingga terhubung ke radio miliknya. Dia melihat jam yang ada di pergelangan tangan kirinya. Pukul 15.59. Pria gendut dan orang-orang berbaju kuning di dalam van nampak begitu tegang.



Wanita earphone merah dan pria berkacamata telah berada di sebuah restoran. Mereka duduk cukup berjauhan. Pria berkacamata membersihkan tangannya dengan tisu. Pria berkacamata berkomat-kamit menyebutkan angka-angka.
Setelah menyebutkan beberapa angka dia berkata, “Ini yang terakhir kalinya.” Lalu, dia memakan rotinya.
Wanita earphone merah terus memperhatikan. Namun, sesekali mengarahkan pandangannya ke jendela luar


Mobil yang didalamnya telah disimpan tabung berisi cairan, meledak. Menimbulkan kepanikan bagi warga di sekitarnya. Pria berbadan tegap yang tadi menyimpan tabung, hanya memperhatikan kepulan asap di gedung yang terletak cukup jauh dari gedung tempatnya berdiri sekarang. Polisi dan pemadam kebakaran di arahkan untuk mengamankan gedung yang terbakar. Mobil van hitam berjalan berlawanan arah dengan polisi dan mobil pemadam kebakaran.
“Mari kita mulai!” Ucap pria berbadan tegap.
Pria perlente yang berada di bank, setelah melihat jam tangannya kemudian berdiri. Disaat dia mendekati pintu keluar, orang-orang berbaju kuning memasuki gedung dan memukul penjaga keamanan yang hendak membukakan pintu.  Pria berbaju perlente kemudian menggunakan topeng dan memegang sebuah senapan yang diberikan oleh salah satu pria berbaju kuning. Mereka semua menggunakan topeng. Salah satu pria berbaju kuning menembaki kaca dan naik ke atas meja.
“Menunduk di sana!” perintahnya kepada orang-orang.
Orang-orang di dalam Bank panik. Mereka lantas merunduk.
“Tenaaaaaaaang!!!” Teriak pria berbaju perlente yang ternyata salah satu gerombolan perampok. Dia menembaki cctv yang terpasang di bank.
Para perampok menyuruh orang-orang untuk duduk, berlutut atau berbaring dengan kasar.
“Lobi bank telah aman. Kru khusus sudah di dalam lemari besi.” Lapor salah satu perampok yang didengarkan oleh pria tegap melalui earphonenya. Perampok itu kemudian memasukkan seluruh kaset-kaset cctv ke dalam tas.
“Buka!” Ucap pria berbaju perlente kepada salah satu karyawan bank.
“Jangan bunuh aku,” ucap karyawan bank itu. Karena tidak dituruti, pria perlente memukul karyawan bank dengan senapan.
“Kami mengawasi kalian. Jangan bergerak. Atau kalian akan mati.” Ancam salah satu perampok kepada para karyawan.
Pria perlente telah berhasil memasuki ruangan yang nampaknya menjadi target operasi para perampok. Dia menandai beberapa loker lalu mengebornya.
“Mulai beroperasi!” Perintah pria berbadan tegap yang masih mengawasi keadaan sekitar dari atas gedung.
Alarm kemanan bank berbunyi. Polisi menyadari ada perampokkan di bank. Pria berbadan tegap mendengarkan komunikasi para polisi dari radionya. Pria berbaju perlente memasukan uang dan perhiasan dari loker-loker yang telah berhasil di buka. Mendengar bahwa polisi akan tiba dalam satu menit, pria berbadan tegap menyuruh para perampok untuk berhasil membawa rampokannya kurang dari satu menit.  Salah satu perampok hendak memberi tahu pria berbaju perlente yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam tas. Melihat uang banyak yang tidak diambil oleh pria perlente, perampok itu merasa heran. Dengan serakah, dia memasukkan uang-uang yang tadi dibiarkan oleh pria berbaju perlente ke dalam tas. Pria berbaju perlente memarahinya. Waktu tinggal 45 detik lagi. Polisi sudah semakin mendekat.




Melihat situasi darurat, pria berbadan tegap memerintahkan pria gendut yang dari tadi berada di pinggir jalan untuk mengamankan jalan.  Akhirnya perampok serakah dan pria perlente berhasil memasuki van. Supir van cepat-cepat menekan gas. Van melaju kencang. Para polisi mengikuti van itu. Polisi menyuruh van itu untuk berhenti. Tapi van itu terus melaju dengan kencang. Tiba-tiba truk yang sudah berada di samping kanan van membanting stir ke kiri. Van sempat tersenggol, namun tetap dapat melesat menjauh. mobil-mobil polisi menabrak badan truk. Pria gendut yang mengendarai truk segera kabur.


Could Eyes Part 2

1 komentar: