Sinopsis Could Eyes Part 1
Film
Could eyes di awali dengan scene di dalam kereta. Diantara para
penumpang, ada seorang wanita yang memainkan ponselnya. Dia menutup kepalanya
dengan kupluk hoodie yang dia pakai. Wanita itu berambut pendek dan menggunakan
earphone merah. Dia berbalik menghadap kaca jendela. Di kaca jendela, terpantul
bayangan seorang pria berkacamata yang sedang tertidur.
Wanita
yang memakai earphone merah itu menyibakkan lengan jaketnya. Dia melihat jam di
tangan kirinya. Lalu, dia mengalihkan pandangan ke arah pria kacamata yang masih
tertidur lelap. Jari tangannya terus mengetuk-ngetuk besi pegangan tangan di
kereta.
Di sisi lain, di stasiun, seorang pria berbadan tegap sedang memasukkan angka-angka ke dalam kotak yang ada di salah satu halaman buku sudoku. Disekitarnya, orang-orang sedang sibuk menunggu kereta yang hampir tiba. Menyadari kereta yang akan tiba, pria itu menyimpan balpoinnya ke dalam saku dan memasukkan buku sudokunya ke dalam tas. Pria itu berusaha menghindarkan wajahnya dari CCTV. Sambil menatap ke arah yang berlawanan dari CCTV, dia masuk ke dalam kereta. .. (hmmm,,, mencurigakan)
Pria
itu membuka pintu, memasuki gerbong kereta. Dia membaur dengan penumpang lain.
Dia mengangkat ponselnya yang berdering. Sambil terus berjalan, dia berbicara
mengenai pemesanan makanan dengan seorang wanita diseberang telpon
Pria
berkacamata terbangun dari tidurnya. Entah sengaja atau tidak, dia menjatuhkan
koran yang ada di pangkuannya. Dalam keadaan setengah sadar, dia berdiri. Dia
melangkahkan kakinya, hendak mendekati pintu keluar. Tapi, dia malah menabrak
seorang wanita berambut panjang yang keluar dari pintu antar gerbong di
dekatnya. Tas-tas belanjaan wanita yang ditabrak itu berjatuhan. Pria
berkacamata hendak membantu mengambilkan tas-tas itu. Tapi si wanita yang tadi
di tabrak malah marah-marah dan mengatainya sebagai orang aneh.
Sesaat, wanita earphone merah memperhatikan kejadian itu. Pria yang berdiri
disampingnya pun ikut memperhatikan. Ketika wanita berambut panjang melangkah
ke arahnya, wanita earphone merah berbalik dan menutup mata. Setelah wanita
berambut panjang melewatinya, dia kembali melihat ke arah wanita berambut
panjang itu berjalan.
Lalu,
seorang pria mengambil koran yang tadi di jatuhkan oleh pria berkacamata.
Di
stasiun yeoksam pria berkacamata dan wanita earphone merah turun melalui pintu
yang berbeda. Wanita earphone merah terus membuntuti pria kacamata.
Pintu
kereta yang hendak tertutup, di tahan oleh sebuah tas kerja berwarna cokelat.
Pintu kereta kembali terbuka. Ternyata pria berbadan tegap yang tadi menelpon
keluar dari kereta.
Wanita
earphone merah masih mengikuti pria berkacamata. Mereka telah berada di jalan
raya. Sesekali dia mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan.
Saat
sedang menyebrang jalan, tiba-tiba pria berkacamata berbalik dan melangkah ke
arah yang berbeda dari sebelumnya. Agar tidak ketahuan sedang mengikuti, wanita
earphone merah tetap melanjutkan langkahnya.
wanita
earphone merah masih mengikuti pria berkacamata dari seberang jalan. Pria
berkacamata yang sedang diikutinya tiba-tiba berbelok ke kiri, menuju arah
jalan yang sulit dia ikuti dari sebrang. Dengan kesal, wanita itu menurunkan kupluk
dari kepalanya. Takut kehilangan jejak, dia meloncati pagar pembatas jalan.
Meski banyak mobil yang menegurnya dengan klakson karena menyebrang jalan
sembarangan, dia tetap berlari, berusaha untuk mengejar laki-laki berkacamata
yang telah melangkah cukup jauh.
Pria
berbadan tegap telah berada di tempat parkir sebuah gedung. Dia telah
menggunakan sarung tangan. Matanya menatap cctv. Sepertinya dia sudah
mengetahui bahwa dalam beberapa saat cctv tidak bisa menangkap gambarnya karena
silau oleh pantulan sinar matahari dari gedung sebelah. Tanpa terekam oleh
cctv, dia memasuki salah satu mobil yang sedang terparkir. Dengan tenang dia
menyimpan tabung di dalam mobil. Kemudian dia membuka tutupnya perlahan. Di
dalam tabung itu terdapat cairan (Maaf, aku gak tahu itu cairan apa).
Kembali
ke pria berkacamata dan wanita earphone merah.
Pria
berkacamata mengangkat telponnya yang berdering.
“Bicaralah!”
kata pria itu kepada seseorang di seberang telepon.
Wanita
earphone merah ternyata masih mengikuti pria berkacamata. Ketika pria
berkacamata mengangkat telepon dan berhenti berjalan, dia melewati pria itu
begitu saja.
Di
sisi lain ada pria gemuk dengan cambang dan kumis yang lebat sedang berjalan
dari arah berlawanan. Dia melewati wanita earphone merah dan pria kacamata
sambil melahap makanannya.
Sambil
tetap menelepon, pria berkacamata sedikit mengarahkan matanya menatap pria
gemuk yang terus berjalan.
Wanita
earphone merah ternyata menunggu pria berkacamata di selasar sebuah gedung di
pinggir jalan.
Setelah
pria berkacamata melewati tempatnya bersembunyi, dia kembali mengikuti pria itu
dari belakang.
Scene beralih ke sebuah bank. Bank tersebut sebentar lagi akan tutup. Seorang pria berpakaian perlente sedang duduk di kursi tunggu nasabah. Dia mengangkat telepon dari seseorang.
Entah
si pria perlente di hubungi oleh siapa, tapi saat ini scene menggambarkan bahwa
pria berkacamata juga sedang menelepon di sebuah telepon umum. Namun,
digambarkan pula banyak orang-orang yang sedang menggunakan ponselnya.
Wanita
earphone merah masih mengamati pria berkacamata yang sedang menelepon. Dia
memperhatikan pria itu sedang menulis sesuatu di halaman buku. Lalu pria itu
menyobek bagian halaman yang ditulisinya.
“Aku
ingin mengakhirinya. Bye,” ucap pria kepada seseorang diseberang
telepon.
Pria
gemuk dengan cambang yang tadi berpapasan dengan wanita earphone merah dan pria
berkacamata telah berada di sebuah mini market. Dia membeli minuman. Ketika
akan membayar, dia kekurangan seratus won. Dia mengeluarkan barang-barang yang
ada di saku jaketnya untuk mencari uang seratus won yang mungkin terselip.
Sambil mencercau mengeluhkan uang seratus won, dia terus mengeluarkan
barang-barang di sakunya, termasuk sebuah kartu transportasi. Kasir yang sudah
kesal menunggu mengataan bahwa kartu transportasi juga bisa digunakan untuk membayar.
Akhirnya, pria gemuk itu membayar dengan kartu transportasi.
Si
Pria berbadan tegap saat ini berada di atap gedung yang terbuka (kalau dilihat
sepertinya itu gedung yang berbeda dari tempat mobil sebelumnya). Dia menatap
ke bawah, memperhatikan jalanan yang berada di bawahnya. Pria gemuk yang tadi
berada di mini market, kini telah berdiri di pinggir jalan. Di telinga kanannya
sudah terpasang earphone. Sementara itu, di dalam sebuah van, orang-orang
berbaju kuning sudah siap dengan pistol dan senapan. Pria tegap yang berada di
atap gedung, membuka tas kerjanya yang berwarna cokelat. Ternyata, didalamnya
ada semacam radio. Dia menyambungkan radio di dalam tas dengan ponselnya. Kemudian,
dia memasangkan earphone yang terhubung ke radio dan ponsel ke telinganya.
Suara-suara
yang didengarkannya ternyata adalah suara-suara polisi yang sedang
berkomunikasi. Dia telah menyadap radio
polisi sehingga terhubung ke radio miliknya. Dia melihat jam yang ada di
pergelangan tangan kirinya. Pukul 15.59. Pria gendut dan orang-orang berbaju
kuning di dalam van nampak begitu tegang.
Wanita
earphone merah dan pria berkacamata telah berada di sebuah restoran. Mereka
duduk cukup berjauhan. Pria berkacamata membersihkan tangannya dengan tisu. Pria
berkacamata berkomat-kamit menyebutkan angka-angka.
Setelah
menyebutkan beberapa angka dia berkata, “Ini yang terakhir kalinya.” Lalu, dia
memakan rotinya.
Wanita
earphone merah terus memperhatikan. Namun, sesekali mengarahkan pandangannya ke
jendela luar
Mobil
yang didalamnya telah disimpan tabung berisi cairan, meledak. Menimbulkan
kepanikan bagi warga di sekitarnya. Pria berbadan tegap yang tadi menyimpan
tabung, hanya memperhatikan kepulan asap di gedung yang terletak cukup jauh
dari gedung tempatnya berdiri sekarang. Polisi dan pemadam kebakaran di arahkan
untuk mengamankan gedung yang terbakar. Mobil van hitam berjalan berlawanan
arah dengan polisi dan mobil pemadam kebakaran.
“Mari
kita mulai!” Ucap pria berbadan tegap.
Pria
perlente yang berada di bank, setelah melihat jam tangannya kemudian berdiri.
Disaat dia mendekati pintu keluar, orang-orang berbaju kuning memasuki gedung
dan memukul penjaga keamanan yang hendak membukakan pintu. Pria berbaju perlente kemudian menggunakan
topeng dan memegang sebuah senapan yang diberikan oleh salah satu pria berbaju
kuning. Mereka semua menggunakan topeng. Salah satu pria berbaju kuning
menembaki kaca dan naik ke atas meja.
“Menunduk
di sana!” perintahnya kepada orang-orang.
Orang-orang
di dalam Bank panik. Mereka lantas merunduk.
“Tenaaaaaaaang!!!”
Teriak pria berbaju perlente yang ternyata salah satu gerombolan perampok. Dia
menembaki cctv yang terpasang di bank.
Para
perampok menyuruh orang-orang untuk duduk, berlutut atau berbaring dengan
kasar.
“Lobi
bank telah aman. Kru khusus sudah di dalam lemari besi.” Lapor salah satu
perampok yang didengarkan oleh pria tegap melalui earphonenya. Perampok itu
kemudian memasukkan seluruh kaset-kaset cctv ke dalam tas.
“Buka!”
Ucap pria berbaju perlente kepada salah satu karyawan bank.
“Jangan
bunuh aku,” ucap karyawan bank itu. Karena tidak dituruti, pria perlente
memukul karyawan bank dengan senapan.
“Kami
mengawasi kalian. Jangan bergerak. Atau kalian akan mati.” Ancam salah satu
perampok kepada para karyawan.
Pria
perlente telah berhasil memasuki ruangan yang nampaknya menjadi target operasi para
perampok. Dia menandai beberapa loker lalu mengebornya.
“Mulai
beroperasi!” Perintah pria berbadan tegap yang masih mengawasi keadaan sekitar dari
atas gedung.
Alarm
kemanan bank berbunyi. Polisi menyadari ada perampokkan di bank. Pria berbadan
tegap mendengarkan komunikasi para polisi dari radionya. Pria berbaju perlente
memasukan uang dan perhiasan dari loker-loker yang telah berhasil di buka.
Mendengar bahwa polisi akan tiba dalam satu menit, pria berbadan tegap menyuruh
para perampok untuk berhasil membawa rampokannya kurang dari satu menit. Salah satu perampok hendak memberi tahu pria
berbaju perlente yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam tas. Melihat
uang banyak yang tidak diambil oleh pria perlente, perampok itu merasa heran. Dengan
serakah, dia memasukkan uang-uang yang tadi dibiarkan oleh pria berbaju perlente
ke dalam tas. Pria berbaju perlente memarahinya. Waktu tinggal 45 detik lagi.
Polisi sudah semakin mendekat.
Melihat
situasi darurat, pria berbadan tegap memerintahkan pria gendut yang dari tadi
berada di pinggir jalan untuk mengamankan jalan. Akhirnya perampok serakah dan pria perlente berhasil
memasuki van. Supir van cepat-cepat menekan gas. Van melaju kencang. Para
polisi mengikuti van itu. Polisi menyuruh van itu untuk berhenti. Tapi van itu
terus melaju dengan kencang. Tiba-tiba truk yang sudah berada di samping kanan
van membanting stir ke kiri. Van sempat tersenggol, namun tetap dapat melesat
menjauh. mobil-mobil polisi menabrak badan truk. Pria gendut yang
mengendarai truk segera kabur.
Could Eyes Part 2
Could Eyes Part 2
Makasih udah buat sinopsisnya
BalasHapus:)