Jumat, 08 Agustus 2014

Sinopsis K-Movie: The Commitment Part 1

Jumat, 8 Agustus 2014


THE COMMITMENT




Seoul, 2009
Di salah satu kedai kaki lima yang ada di pinggir jalan kota Seoul, Lee Young Ho menikmati makanan yang disediakan Nenek penjaga kedai bernama Hwang Jung Sook.
“Terimakasih untuk selama ini, aku akan merindukan semua ini,” ucap Young Ho, tersenyum.
Nenek Jung Sook ikut tersenyum, tapi terlihat gurat sedih pada mimik wajahnya. “Kau punya anak di Korea Utara?” tanyanya.
“Kau mau lihat?” sahut Young Ho.
“Tentu,” jawab Nenek Jung Sook.
Young Ho memperlihatkan selembar foto pada Nenek Jung Sook.
“Cantik sekali. Kau pria yang serakah, tak cukup memiliki satu anak.” Nenek Jung Sook mengembalikan foto itu pada Young Ho. Lalu menuangkan soju untuknya.

“Kapan kau akan kembali ke korea utara?” Tanya Young Ho lagi setelah memasukkan foto tadi ke dalam saku jaket.
“Jangan terlalu banyak bicara. Cepat minum dan pergi,” jawab Nenek Jung Sook.
Young Ho menurut. Setelah menghabiskan minumannya, dia memakai topinya lalu berdiri. “Tolong jaga kesehatanmu.”
“Kembali dan lupakan apa yang pernah terjadi, dan hiduplah dengan baik,” Pesan Nenek Jung Sook, dia menahan tangis.


Young Ho sudah berada di sebuah dermaga. Sebuah mobil mengikutinya. Sadar dirinya diikuti, dia berlari. Tiba-tiba seseorang menyerangnya dari belakang. Dia berhasil melumpuhkan penyerang itu. Beberapa orang menyerangnya kembali, tapi dia berhasil melumpuhkan mereka semua. Sebuah cahaya ditembakkan ke arahnya berdiri. Dia dikepung oleh pasukan militer Korea Selatan. Pemimpin pasukan memerintahkan Young Ho untuk menyerah. Young Ho memasukkan tangannya ke dalam jaket. Pasukan Korea bersiap untuk menembak. Sambil tersenyum pasrah, Young Ho perlahan mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. Takut yang dikeluarkan itu senjata, pasukan militer Korea Selatan menembakkan satu peluru yang tepat menghujam ke dadanya.  Young Ho tewas seketika. Di dekat mayatnya tergeletak foto dia yang sedang berdiri bersama ke dua anaknya.

Penjara Buruh Yoduk, Korea Utara
Kolonel Moon Sang Chul mendatangi salah satu sel yang diisi oleh sekumpulan Anak kecil dan remaja. Melihat Kolonel Moon, para penghuni sel meringkuk ketakutan.
“Kau putra Lee Young Ho,” tanyanya pada salah satu tahanan remaja bernama Lee Myung Hoon.
Myung Hoon hanya menatap Kolonel Moon tanpa menjawab. Adik perempuannya, Lee Hye In, berlindung dibalik punggung Myung Hoon.
“Berapa umurmu?” tanya Kolonel Moon lagi.
“18 Tuan,” jawab Myung Hoon.
Kolonel Moon mengacungkan pistol ke arah Myung Hoon. Tanpa ada ekspresi takut, Myung Hoon tetap menatap kearah Kolonel Moon.
“Kakak....” lirih Hye In dibalik punggung Myung Hoon.
Kolonel Moon menurunkan senjatanya. Tidak jadi menembak. Sambil menatap Myung Hoon dia tersenyum.
Kolonel Moon dan Myung Hoon sudah berada disebuah ruangan.
“Penghargaan sebagai pemimpin terbaik, remaja terbaik. Jika bukan karena ayahmu yang seorang pengkhianat kau sudah pergi jauh,” kata kolonel Moon ketika melihat riwayat hidup Myung Hoon
“Ayahku bukan pengkhianat,” Sanggah Myung Hoon.
“Jangan lakukan itu. Aku tak tertarik. Myung Hoon kau mau pergi dari sini?” tanya Kolonel Moon sambil tersenyum.
“Apakah itu mungkin?”
“Ada satu cara. Kau dan adikmu bisa pergi dari sini dengan selamat hanya dengan satu cara.”
“Bagaimana caranya?”
“Jadilah agen.”

2 Tahun Kemudian, Seoul, 2011
Seorang pria membunuh dua orang agen korea utara yang berasal dari unit 8. Kepolisian korea selatan menangani kasus penembakan itu. Hingga saat itu, tercatat telah ada tiga korban yang ditembak mati oleh pelaku.
Detektif Cha dan rekannya sedang mempelajari kasus penembakan itu. Mereka menganalisis rekaman dari CCTV yang merekam aksi penembakan di lift.
“Sepertinya dia pembunuh profesional dari korea utara,” kata Detektif Cha pada rekannya.
“Pembunuh?” tanya rekannya.
“Semua korban dari unit 8, mereka tidak berkhianat, tapi suatu saat mereka akan dilenyapkan oleh pembunuh. Ini bagian dari perebutan kekuasaan setelah kesehatan Kim Jong-il memburuk. Anti Republik Korea sudah melakukan serangan pertama,” ungkap Detektif Cha pada rekannya.
Lee Myung Hoon telah menjadi pengungsi di Korea Selatan. Dia berada di panti bersama pengungsi lainnya.
Penanya              : Nama?
Myung Hoon    : Kang Dae Hoo (sebagai agen Korea Utara, Myung Hoon mengganti namanya. Mulai sekarang kita panggil Myung Hoon dengan Dae Hoo aja ya (^_^))
Penanya              : Umur?
Dae Hoo             : 19 tahun
Penanya              : Kenapa kau menyeberang?
Dae Hoo             : Aku ingin hidup sebagai manusia
Penanya              : Sendirian? Bagaimana dengan keluargamu?
Dae Hoo             : (sedikit ragu) mereka sudah meninggal.

Dae Hoo di adopsi oleh agen Korea Utara yang menyamar sebagai suami istri. Setibanya di rumah, Ibu angkatnya langsung menunjukkan kamar tidur untuk Dae Hoo. Ibunya mencoba mengajak Dae Hoo bicara, tapi Dae Hoo hanya diam. Akhirnya ibunya meninggalkan Dae Hoo sendirian di kamar.
Ibu Dae Hoo mengatakan pada suaminya bahwa tidak akan ada yang curiga pada agen remaja. Suaminya mengingatkan untuk tidak ikut campur. Dia juga mengingatkan sampai paket dikirim, istrinya tak boleh keluar sendirian.
“Unit mana?” Tanya ayah angkat Dae Hoo ketika makan.
“Unit 8, Operasi Khusus,” jawab Dae Hoo.
“Kau pasti dilatih dengan baik. Hanya ada satu aturan disini, jangan ikut campur urusan kami, dan kami akan melakukan hal yang sama.”
“aku mencari anggota keluarga baru. Tak perlu kata-kata keras seperti itu dalam makan malam pertama kita,” sanggah ibu angkatnya. “Kau besok harus bangun pagi. Pelajar disini sangat rajin belajar. Dari pagi sampai malam,” lanjutnya.
“Kau serius?” tanya Dae Hoo.
Pagi hari, Dae Hoo berangkat menuju sekolah. Bel berbunyi. Para siswa berlarian menuju kelasnya. Melihat siswa lain berlari, Dae Hoo pun ikut berlari.


“Perkenalkan dirimu!” Seru Pak Guru pada Dae Hoo.
”Namaku Kang Dae Hoo. Mohon kerjasamanya,” ucap Dae Hoo singkat.
“Membosankan sekali,” komentar pak guru. “Duduk di tempat kosong itu!” lanjutnya.
Setelah Pak Guru meninggalkan kelas, segerombolan siswa pria (kita panggil saja Gank) berjalan ke arah tempat Dae Hoo duduk.
“Lee Hye In, dimana kau kemarin?,” tanya ketua Gank kepada siswa perempuan yang duduk di samping Dae Hoo.
Dae Hoo memperhatikan papan nama yang terpasang di baju Hye In. Nama yang sama dengan adiknya.
“Hye in, sudah kau dapatkan uang kami?,” tanya anggota Gank yang lain.
“Ah,, dia diam lagi,” komentar anggota lainnya.
“Dia tak pernah langsung menjawab,” sambung ketua Gank. “Bagaimana menurutmu?” tanyanya sambil mencoba melingkarkan tangannya ke pundak Dae Hoo.
Dengan dingin, Dae Hoo menangkis tangan ketua Gank.
“ooooww, kau membuatku terkejut.” Komentar salah satu anggota Gank melihat sikap Dae Hoo.

“Aku akan mengalahkanmu.” Kata ketua Gank. Kesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar