Dae
Hoo mengelilingi tempat parkir mobil hingga dia menemukan mobil yang dicari. Di
atas motornya, dia menunggu si pemilik mobil datang. Ketika mobil mulai
berjalan, dia mengikuti mobil itu. Di lampu merah, mobil berhenti.
Setelah dia memastikan orang yang ada di dalam mobil adalah Buk Doo Sung, Dae
Hoo mengeluarkan pistolnya. Buk Doo Sung yang menyadari bahwa Dae Hoo akan
menembaknya, langsung menginjak gas. Dae Hoo menembak mobil Buk Doo Sung, tapi
hanya berhasil memecahkan kaca mobil saja. Sambil terus menembak, Dae Hoo
mengikuti mobil Buk Doo Sung. Sebelum Buk Doo Sung sempat mengambil pistol, Dae
Hoo kembali menembak ke arah mobilnya dan berhasil mengenai ban depan.
Mobil
Buk Doo Sung oleng dan menabrak orang serta tangki air yang ada di depannya. Orang-orang di sekitar
lokasi sibuk memotret, mengabadikan kecelakaan itu. Buk Doo Sung meringis
kesakitan sambil memegang bahunya. Dae Hoo turun dari motornya dan menghampiri
Buk Doo Sung. Dari dalam mobil, Buk Doo Sung menatap Dae Hoo. Melihat situasi
yang terlalu ramai, Dae Hoo mengurugkan niatnya untuk membunuh Buk Doo Sung.
Di
kantor polisi, Detektif Cha menganalisis kasus kecelakaan yang baru saja
terjadi. Dari CCTV dia melihat Dae Hoo yang menggunakan motor dan
membandingkannya dengan gambar pembunuh di lift. Dia menyuruh anak buahnya
untuk mencari keberadaan pemilik motor itu.
Untuk
mengurangi stres nya, Dae Hoo berlari mengelilingi lapang basket sekolah. Lalu,
dia duduk di kursi dan berusaha tersenyum ketika melihat fotonya bersama ayah
dan adik tercinta. Dia mendengar suara ribut yang berasal dari lab kimia di dekat
gedung olah raga. Ternyata, Gank sedang menyeret Hye In keruangan itu.
Mereka merampas seluruh uang Hye In. Hye In berusaha melawan karena uang itu
sangat penting baginya. Salah satu anggota Gank tidak sengaja membuat kemeja
Hye In terbuka. Dae Hoo datang. Dia menghajar Gank yang kurang asem itu. Satu
pukulan yang Dae Hoo lancarkan pada setiap anggota Gank berhasil membuat
tulang-tulang mereka patah.
Saat
ujian, Hye In tidak masuk sekolah. Dae Hoo sedih menatap bangku Hye In yang
kosong. Di sisi lain, para anggota Gank yang dulu sok kuat, sekarang ketakutan,
tak berani menatap Dae Hoo. Melihat Dae Hoo yang melamun ketika ujian, pak guru
hendak memukul kepalanya dengan tongkat. Refleks, Dae Hoo menangkis serangan
pak guru hingga pak guru kesakitan. Menahan gengsi, pak guru menahan rasa
sakitnya dan menyuruh Dae Hoo untuk berlutut d koridor.
Di
koridor, siswa-siswa menyingir ketika Dae Hoo lewat. Di kantin, ketua gank
kesulitan menyuapkan makanan karena tangannya patah. Dia mengumpati Dae Hoo dan
sesumbar bahwa dia akan membalaskan dendamnya. Dae Hoo duduk di samping ketua
Gank. Ketua Gank yang baru saja sesumbar, malah ketakutan ketika Dae Hoo duduk
di sampingnya. Saking takutnya, setiap kali Dae Hoo melirik ke arahnya, ketua
Gank malah cegukan. Padahal, Dae Hoo hanya menanyaan tempat kerja Hye In
padanya.
Tidak
hanya siswa, pak guru pun sepertinya takut pada Dae Hoo. Dia langsung
mengizinkan Dae Hoo untuk pulang ketika Dae Hoo mengatakan bahwa dia sakit. Dia
pulang lebih awal untuk mencari Hye In. Ketika mendatangi tempat kerja Hye In,
temannya mengatakan bahwa Hye In telah berhenti bekerja.
Hye
In menemui Dae Hoo di sekolah untuk mengembalikan seragamnya yang dia pinjam
ketika kejadian di lab kimia. Dia memotong pendek rambutnya. Dia mengatakan
akan berhenti sekolah dan melakukan hal lain. Ketika Dae Hoo hendak pergi, Dia
memanggilnya dan meminta satu pertolongan pada Dae Hoo. Ternyata, dia meminta
Dae Hoo untuk menyamar menjadi kakaknya dan mendaftarkannya di sebuah tempat
latihan balet. Di tempat itu, Dae Hoo mengisi formulir dengan nama Lee Dae Hoo
dan mengaku sebagai kakak Lee Hye In.
Hujan
deras mengguyur ketika Dae Hoo dan Hye In akan pergi dari gedung tempat latihan
balet. Hye In masuk kembali ke dalam untuk mengambil payung. Dae Hoo melihat
seorang kakak yang sedang bermain dengan adiknya. Dae Hoo tersenyum. Kerinduan
akan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga nampak jelas di wajahnya. Hye In
yang telah membawa payung tersenyum ketika melihat Dae Hoo tersenyum.
Dae
Hoo dan Hye In berjalan bersama. Dae Hoo memayungi Hye In dan membiarkan
tubuhnya sendiri basah. Hye In protes dengan hal itu. Hye In memanggil Dae Hoo
dengan panggilan kakak. Dia bertanya apakah Dae Hoo senang dipanggil kakak. Dae
Hoo seperti biasa, diam tak menjawab. Hye In menyimpulkan bahwa biasanya orang
yang tidak punya adik senang dipanggil kakak. Dae Hoo menjawab bahwa dirinya
mempunyai seorang adik. Dia menyebutkan bahwa namanya sama dengan Hye In.
Ketika ditanya berapa umur adiknya, Dae Hoo kembali diam. Hye In tidak memaksa
Dae Hoo untuk menjawab. Dia memahami bahwa hal itu terlalu pribadi. Lalu, Hye
In menanyakan, benarkah Dae Hoo berasal dari Yanbian. Dae Hoo tetap tidak
menjawab.
Hye
In membawa Dae Hoo ke pinggir sebuah suangai. Di sana dia menunjukkan dinding
yang digambari peta dunia. Dia menceritakan bahwa dia hidup sebatang kara.
Tidak ada orang tua maupun keluarga. Ketika dia merasa kesepian, dia mendatangi
tempat itu. Dia bertanya, apakah Dae Hoo ingin pergi ke suatu tempat. Dae Hoo
menjawab tidak ada. Hye In mengatakan bahwa dia ingin ke suatu tempat dimana
tidak ada satu orang pun yang mengenalnya. Dia menceritakan, suatu hari dia merindukan orang tuanya. Lalu, dia datang ke tempat itu dan melempar
gambar peta di dinding dengan permen karet. Ternyata permen karetnya tertempel
di peta negara Jerman. Dia mencari tahu tentang negara Jerman dan menemukan
bahwa di negara itu ada sebuah perusahaan tari yang terkenal. Untuk mewujudkan
impiannya pergi ke sana, dia ingin menjadi penari.
Hye
In menyuruh Dae Hoo untuk mencoba melempar permen karet di peta. Dae Hoo
melakukannya. Hye In protes, harusnya Dae Hoo melemparnya ke arah Eropa. Kenapa
Dae Hoo malah melempar permen karetnya ke samudera pasifik.
The Commitment Part 4
The Commitment Part 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar