THE COMMITMENT
Seoul,
2009
Di
salah satu kedai kaki lima yang ada di pinggir jalan kota Seoul, Lee Young Ho menikmati
makanan yang disediakan Nenek penjaga kedai bernama Hwang Jung Sook.
“Terimakasih
untuk selama ini, aku akan merindukan semua ini,” ucap Young Ho, tersenyum.
Nenek
Jung Sook ikut tersenyum, tapi terlihat gurat sedih pada mimik wajahnya. “Kau
punya anak di Korea Utara?” tanyanya.
“Kau
mau lihat?” sahut Young Ho.
“Tentu,”
jawab Nenek Jung Sook.
Young
Ho memperlihatkan selembar foto pada Nenek Jung Sook.
“Cantik
sekali. Kau pria yang serakah, tak cukup memiliki satu anak.” Nenek Jung Sook
mengembalikan foto itu pada Young Ho. Lalu menuangkan soju untuknya.
“Kapan
kau akan kembali ke korea utara?” Tanya Young Ho lagi setelah memasukkan foto
tadi ke dalam saku jaket.
“Jangan
terlalu banyak bicara. Cepat minum dan pergi,” jawab Nenek Jung Sook.
Young
Ho menurut. Setelah menghabiskan minumannya, dia memakai topinya lalu berdiri.
“Tolong jaga kesehatanmu.”
“Kembali
dan lupakan apa yang pernah terjadi, dan hiduplah dengan baik,” Pesan Nenek Jung
Sook, dia menahan tangis.
Young
Ho sudah berada di sebuah dermaga. Sebuah mobil mengikutinya. Sadar dirinya
diikuti, dia berlari. Tiba-tiba seseorang menyerangnya dari belakang. Dia
berhasil melumpuhkan penyerang itu. Beberapa orang menyerangnya kembali, tapi
dia berhasil melumpuhkan mereka semua. Sebuah cahaya ditembakkan ke arahnya
berdiri. Dia dikepung oleh pasukan militer Korea Selatan. Pemimpin pasukan
memerintahkan Young Ho untuk menyerah. Young Ho memasukkan tangannya ke dalam jaket.
Pasukan Korea bersiap untuk menembak. Sambil tersenyum pasrah, Young Ho
perlahan mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. Takut yang dikeluarkan itu
senjata, pasukan militer Korea Selatan menembakkan satu peluru yang tepat
menghujam ke dadanya. Young Ho tewas
seketika. Di dekat mayatnya tergeletak foto dia yang sedang berdiri bersama ke
dua anaknya.
Penjara
Buruh Yoduk, Korea Utara
Kolonel
Moon Sang Chul mendatangi salah satu sel yang diisi oleh sekumpulan Anak kecil
dan remaja. Melihat Kolonel Moon, para penghuni sel meringkuk ketakutan.
“Kau
putra Lee Young Ho,” tanyanya pada salah satu tahanan remaja bernama Lee Myung
Hoon.
Myung
Hoon hanya menatap Kolonel Moon tanpa menjawab. Adik perempuannya, Lee Hye In,
berlindung dibalik punggung Myung Hoon.
“Berapa
umurmu?” tanya Kolonel Moon lagi.
“18
Tuan,” jawab Myung Hoon.
Kolonel
Moon mengacungkan pistol ke arah Myung Hoon. Tanpa ada ekspresi takut, Myung
Hoon tetap menatap kearah Kolonel Moon.
“Kakak....”
lirih Hye In dibalik punggung Myung Hoon.
Kolonel
Moon menurunkan senjatanya. Tidak jadi menembak. Sambil menatap Myung Hoon dia
tersenyum.
Kolonel
Moon dan Myung Hoon sudah berada disebuah ruangan.
“Penghargaan
sebagai pemimpin terbaik, remaja terbaik. Jika bukan karena ayahmu yang seorang
pengkhianat kau sudah pergi jauh,” kata kolonel Moon ketika melihat riwayat
hidup Myung Hoon
“Ayahku
bukan pengkhianat,” Sanggah Myung Hoon.
“Jangan
lakukan itu. Aku tak tertarik. Myung Hoon kau mau pergi dari sini?” tanya
Kolonel Moon sambil tersenyum.
“Apakah
itu mungkin?”
“Ada
satu cara. Kau dan adikmu bisa pergi dari sini dengan selamat hanya dengan satu
cara.”
“Bagaimana
caranya?”
“Jadilah
agen.”
2
Tahun Kemudian, Seoul, 2011
Seorang
pria membunuh dua orang agen korea utara yang berasal dari unit 8. Kepolisian
korea selatan menangani kasus penembakan itu. Hingga saat itu, tercatat telah
ada tiga korban yang ditembak mati oleh pelaku.
Detektif
Cha dan rekannya sedang mempelajari kasus penembakan itu. Mereka menganalisis
rekaman dari CCTV yang merekam aksi penembakan di lift.
“Sepertinya
dia pembunuh profesional dari korea utara,” kata Detektif Cha pada rekannya.
“Pembunuh?”
tanya rekannya.
“Semua
korban dari unit 8, mereka tidak berkhianat, tapi suatu saat mereka akan
dilenyapkan oleh pembunuh. Ini bagian dari perebutan kekuasaan setelah
kesehatan Kim Jong-il memburuk. Anti Republik Korea sudah melakukan serangan
pertama,” ungkap Detektif Cha pada rekannya.
Lee
Myung Hoon telah menjadi pengungsi di Korea Selatan. Dia berada di panti
bersama pengungsi lainnya.
Penanya : Nama?
Myung
Hoon : Kang Dae Hoo (sebagai agen
Korea Utara, Myung Hoon mengganti namanya. Mulai sekarang kita panggil Myung
Hoon dengan Dae Hoo aja ya (^_^))
Penanya : Umur?
Dae
Hoo : 19 tahun
Penanya : Kenapa kau menyeberang?
Dae
Hoo : Aku ingin hidup
sebagai manusia
Penanya : Sendirian? Bagaimana dengan
keluargamu?
Dae
Hoo : (sedikit ragu) mereka
sudah meninggal.
Dae
Hoo di adopsi oleh agen Korea Utara yang menyamar sebagai suami istri.
Setibanya di rumah, Ibu angkatnya langsung menunjukkan kamar tidur untuk Dae
Hoo. Ibunya mencoba mengajak Dae Hoo bicara, tapi Dae Hoo hanya diam. Akhirnya
ibunya meninggalkan Dae Hoo sendirian di kamar.
Ibu
Dae Hoo mengatakan pada suaminya bahwa tidak akan ada yang curiga pada agen
remaja. Suaminya mengingatkan untuk tidak ikut campur. Dia juga mengingatkan
sampai paket dikirim, istrinya tak boleh keluar sendirian.
“Unit
mana?” Tanya ayah angkat Dae Hoo ketika makan.
“Unit
8, Operasi Khusus,” jawab Dae Hoo.
“Kau
pasti dilatih dengan baik. Hanya ada satu aturan disini, jangan ikut campur
urusan kami, dan kami akan melakukan hal yang sama.”
“aku
mencari anggota keluarga baru. Tak perlu kata-kata keras seperti itu dalam
makan malam pertama kita,” sanggah ibu angkatnya. “Kau besok harus bangun pagi.
Pelajar disini sangat rajin belajar. Dari pagi sampai malam,” lanjutnya.
“Kau
serius?” tanya Dae Hoo.
Pagi
hari, Dae Hoo berangkat menuju sekolah. Bel berbunyi. Para siswa berlarian
menuju kelasnya. Melihat siswa lain berlari, Dae Hoo pun ikut berlari.
“Perkenalkan
dirimu!” Seru Pak Guru pada Dae Hoo.
”Namaku
Kang Dae Hoo. Mohon kerjasamanya,” ucap Dae Hoo singkat.
“Membosankan
sekali,” komentar pak guru. “Duduk di tempat kosong itu!” lanjutnya.
Setelah
Pak Guru meninggalkan kelas, segerombolan siswa pria (kita panggil saja Gank)
berjalan ke arah tempat Dae Hoo duduk.
“Lee
Hye In, dimana kau kemarin?,” tanya ketua Gank kepada siswa perempuan
yang duduk di samping Dae Hoo.
Dae
Hoo memperhatikan papan nama yang terpasang di baju Hye In. Nama yang sama
dengan adiknya.
“Hye
in, sudah kau dapatkan uang kami?,” tanya anggota Gank yang lain.
“Ah,,
dia diam lagi,” komentar anggota lainnya.
“Dia
tak pernah langsung menjawab,” sambung ketua Gank. “Bagaimana
menurutmu?” tanyanya sambil mencoba melingkarkan tangannya ke pundak Dae Hoo.
Dengan
dingin, Dae Hoo menangkis tangan ketua Gank.
“ooooww,
kau membuatku terkejut.” Komentar salah satu anggota Gank melihat sikap
Dae Hoo.
“Aku
akan mengalahkanmu.” Kata ketua Gank. Kesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar