The Commitment Part 1
Dae
Hoo dan para anggota Gank telah berada di atap sekolah. Ketua Gank
meninju wajah mulus Dae Hoo. Sudut bibir Dae Hoo mengeluarkan darah. Tanpa
mencoba membalas pukulan, Dae Hoo hanya menatap ketua Gank dengan
dingin.
“ooohh,
Lihatlah matanya. Hentikan!” Kata ketua Gank. Geram.
Anggota
Gank lainnya menggeledah Dae Hoo. Dia mengambil dompet yang ada di saku
blazer Dae Hoo. Melihat isi dompet yang tebal, mereka senang. Ketua Gank menemukan
sebuah foto di dompet. Mereka mengomentari adik Dae Hoo yang terlihat manis di
fotonya. Memperhatikan foto itu, Gank menyimpulkan bahwa Dae Hoo berasal
dari Yanbian (sebuah daerah otonom Korea-Cina).
Dae
Hoo merebut fotonya yang berada di tangan ketua Gank. Dia menahan
amarahnya dengan mengepalkan tangan. “Ambil dompetnya dan pergi!,” katanya.
Ketua
Gank kesal dengan kata-kata Dae Hoo. Dia akan memukul Dae Hoo lagi, tapi
wali kelas mereka tiba-tiba datang dan memanggil mereka semua. Mereka mengikuti
guru itu dan turun dari atap.
Ketika
melewati tangga, Dae Hoo mendengar bunyi piano. Bunyi piano itu berasal dari
ruang latihan balet dimana ada beberapa siswi yang sedang berlatih. Dae Hoo
menuju ke tempat suara piano itu berasal. Sesampainya di depan ruang latihan
balet, Dae Hoo melihat Hye in yang sedang mengintip siswi-siswi yang sedang
berlatih. Dae Hoo ikut mengintip ruang latihan melalui kaca transparan di
pintu. Dia tidak memperhatikan para siswi yang berlatih. Matanya tertuju pada
piano yang ada di ruang latihan itu.
Hye
in kaget ketika menyadari Dae Hoo berdiri di belakangnya. “Kenapa dengan
wajahmu? Mereka melukaimu?” katanya ketika melihat sudut bibir Dae Hoo yang
berdarah.
Dae Hoo tidak menjawab pertanyaan Hye in.
“Namamu Lee Hye In kan?
“Ya,”
jawab Hye In.
“Kenapa
mereka mengganggumu?”
“Tak
ada alasannya,” katanya sambil terus melihat siswi yang berlatih balet.
Seorang
siswi yang nampaknya ketua tim balet melihat mereka yang sedang mengintip di
luar. Dia menghampiri pintu. Hye In berlari pergi dan berpesan untuk tidak
mengatakan dirinya berada disana pada mereka.
Ketua
tim balet membuka pintu. Melihat Dae Hoo yang berdiri di sana, dia bertanya ada
apa. Dae Hoo dengan gaya cool nya melengos pergi begitu saja. Melihat sikap Dae
Hoo yang dingin, ketua tim balet hanya melongo, sedetik kemudian dia tersenyum.
Di
sebuah pabrik, seorang ahjussi nampak ketakutan. Dia bersembunyi diantara
kardus-kardus. Dia menelpon orang tua angkat Dae Hoo, tapi tidak ada jawaban.
Seorang pria berjaket hitam mendekat kearahnya. Ahjussi hanya menahan napas.
Pasrah dengan apa yang akan terjadi. Pria berjaket berhasil menemukan tempat
persembunyiannya. Tanpa ragu, pria berjaket itu menembak si Ahjussi. Ahjussi
mati seketika berlumuran darah.
Disekolah,
pak guru menyuruh siswa yang datang terlambat untuk membersihkan kelas. Setelah
pak guru pergi, para anggota Gank yang datang terlambat malah menyuruh
Dae Hoo untuk membersihkan kelas. Akhirnya, Dae Hoo membersihkan kelas bersama
Hye In yang juga datang terlambat. Tanpa Dae Hoo sadari, Hye in tersenyum
memperhatikan Dae Hoo yang begitu serius membersihkan jendela (cieee,, ada yang
udah mulai naksir nih).
Setibanya
di rumah, Dae Hoo mendapat sebuah paket berisi HP. Melalui HP itu, atasannya
memberikan instruksi terkait misi yang akan Dae Hoo lakukan di Korea Selatan.
Misi Dae Hoo adalah untuk membunuh Buk Doo Sung, agen seksi 35 yang telah
membunuh para agen yang berasal dari unit 8. Selesai mendapat instruksi, Dae
Hoo langsung menemui beberapa agen unit 8 untuk mendapatkan senjata.
Esoknya,
Dae Hoo pergi ke sebuah gedung tempat latihan tinju. Dia memencet bel. Ketika
seorang ahjussi membuka pintu, Dae Hoo langsung mendorong pintu itu sehingga membentur
wajah ahjussi. Dae Hoo menendang perut ahjussi dan beberapa kali memukul
wajahnya. Ahjussi berusaha melawan. Namun, Dae Hoo dengan cepat menahan tangan
ahjussi, memukulnya dari perut hingga muka. Dae Hoo memutarkan tubuhnya dan
berhasil membanting ahjussi itu.
Ahjussi
duduk di kursi dan tangan nya sudah terikat. Dae Hoo menanyakan keberadaan Buk
Doo Sung pada ahjussi itu. Namun, ahjussi tak mau menjawab. Dae Hoo langsung
menembak paha kiri ahjussi. Dae Hoo sekali lagi bertanya mengenai keberadaan
Buk Doo Sung. Ahjussi masih tidak menjawab. Dae Hoo langsung mengacungkan
pistolnya ke arah wajah ahjussi. Ahujussi ketakutan. Dia akhirnya mengatakan
bahwa ada seorang tukang daging yang pernah melihatnya. Ahjussi berjalan
tertatih. Dae Hoo tetap mengacungkan pistolnya sambil mengikuti. Tiba-tiba
ahjussi meraih sebuah kursi dan memukulkannya ke badan Dae Hoo. Dae Hoo
terjatuh. Ahjussi meraih pisau kecil yang ada di meja. Dia berusaha menusukkan
pisau itu ke arah Dae Hoo. Dae Hoo menghindar. Dengan kecepatan tangannya, Dae
Hoo berhasil menjatuhkan ahjussi. Sekuat tenaga dia menendang wajah ahjussi
hingga leher ahjusi itu patah. Ahjussi pun tewas.
Dae
Hoo telah berada di sebuah toilet. Matanya berkaca-kaca. Dia menatap dirinya
sendiri di kaca. Terlihat jelas penyesalan di wajahnya.
Di
sekolah, Hye In membersihkan mejanya yang penuh dengan sampah. Di sisi lain,
teman-teman sekelasnya justru terus melemparkan sampah ke arahnya sambil
mengejek dirinya sebagai sampah. Seorang siswi yang merupakan ketua tim balet
menumpahkan banyak sampah kemejanya. Dia tertawa puas bersama teman-temannya.
Dae Hoo menghampiri Hye In. Dia membantu Hye In membersihkan mejanya.
“Hei
Yanbian, kalian terlihat cocok bersama. Bersenang-senanglah dengannya. Cinta
antara Yanbian dan penyendiri. Ini, masih ada lagi. Kalian terlihat sangat
cocok,” kata salah seorang siswa sambil terus melepar sampah ke arah Dae Hoo
dan Hye In.
Ketika
pelajaran berlangsung, Dae Hoo terlihat sedang melamun. Hye In menatap Dae Hoo
sebentar kemudian kembali mengerjakan tugasnya. Dae Hoo yang sadar sempat
diawasi menoleh ke arah Hye In.
“Hei
anak baru!” Tiba-tiba, guru yang sedang menerangkan soal memanggilnya. “Jawab
soal nomor 18,” lanjutnya.
Hye
in melihat ke arah guru namun tangannya menunjukkan soal yang dimaksud guru
beserta sedikit jawaban kepada Dae Hoo. Dae Hoo membacanya sebentar. Dia
berdiri dan mengemukakan jawabannya dengan detail. Seluruh kelas nampak takjub
dengan kemampuan Dae Hoo menjawab soal. Hye In tersenyum, kagum dengan kecerdasan
Dae Hoo. Dia memperbaiki jawabannya. Guru pun memuji kecerdasan Dae Hoo.
Dae
Hoo berada di ruang latihan balet. Dia mengingat ketika dia menemani adiknya
bermain piano. Mereka terlihat bahagia ketika bersama-sama memainkan sebuah
lagu.
Pintu
terbuka. Dae Hoo terkejut. Dia langsung berdiri, melihat siapa yang masuk.
“Maaf,
Kukira tadi kosong.” Kata Hye In ketika melihat Dae Hoo berdiri di depan piano.
“Aku
sudah mau pergi,” kata Dae Hoo ketika melihat Hye In hendak pergi. Dae Hoo pun
berlalu dari ruangan itu.
Para
siswi berjalan menuju ruang latihan balet. Hye In berlatih balet sendirian.
Para siswi membuka pintu dan terkejut melihat Hye In yang berada di ruangan
itu. Hye In pun terkejut dan berniat pergi. Tapi, ketua tim balet menahannya.
Dia mencemooh Hye In dan kembali mem-bully-nya.
Orang
tua angkat Dae Hoo dan seorang temannya sedang sibuk membungkus uang dengan
koran. Dae Hoo berjalan menuruni tangga. Teman orang tua angkat Dae Hoo terkejut dengan kehadiran Dae Hoo. Dia
berusaha menyembunyikan bungkusan uang ke dalam jaketnya. Ibu angkat Dae Hoo
menenangkan temannya. Dia mengatakan bahwa Dae Hoo di pihak mereka.
“mau
kemana kau jam segini?” tanya teman orang tua angkat Dae Hoo.
“Aku
harus melaporkan tugasku kepadamu?” kata Dae Hoo datar sambil ngeluyur pergi ke
luar.
Di
sebuah gudang daging, Dae Hoo sedang menodongkan pistolnya ke arah seorang
pria. Pria itu menuliskan plat nomor di atas kertas. Dia meminta agar dirinya
tidak dibunuh. Tapi, ketika Dae Hoo sedikit lengah, dia mengambil besi tajam
yang ada di dekatnya dan bermaksud menusukkannya pada Dae Hoo. Dae Hoo berhasil
menahan tangannya. Dia memukul pria itu dan mendorongnya. Pria itu kembali
mengarahkan ujung besi runcing ke arah Dae Hoo. Dae Hoo berhasil memutarkan
tangan si pria kemudian menancapkan besi yang ada di tangan pria itu ke
perutnya sendiri. Pria itu tewas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar