Teori
Konflik dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Memahami
Marx mengenai stratifikasi sosial tidak lain harus melihat teori kelas yaitu
“Sejarah peradaban umat manusia dari dahulu sampai sekarang adalah sejarah
pertikaian dan konflik antar kelas.” Marx selalu melihat bahwa hubungan manusia
terjadi dari adanya hubungan posisi masing-masing terhadap sarana produksi.
Marx berkeyakinan bahwa posisi dalam struktur sangat mendorong dalam upaya
memperbaiki nasib mereka dengan ditunjukkan adanya kelas borjuis dan kelas
buruh.
Dari
penjelasan tersebut menurut sosiologi pendidikan beraliran Marxian menawarkan
bahwa masalah pertentangan kelas menjadi objek kajian (pendidikan). Dari mereka
ada poin-poin yang diajukan, pertama bahwa pendidikan difokuskan pada perubahan
yang dibangun dan tumbuh tanpa adanya tekanan dari kelas dominan atau penguasa,
yaitu dengan perubahan akan penyadaran atas kelas dominan. Kedua pendidikan
diarahkan sebagai arena perjuangan kelas, mengajarkan pembebasan, kesadaran kelas,
dan perlawanan terhadap kaum borjuis.
Di dalam buku “Sosiologi Pendidikan” juga
disebutkan bahwa kelas bawah tidak akan sama memperoleh pendidikan di banding
dengan kelas menegah dan atas, sebagai misal pembelajaran yang pernah dimiliki
oleh kelas tengah tidak akan pernah dimengerti oleh kelas bawah, karena adaya
perbedaan pengalaman yang didapatkan. Kedua, dalam realitasnya kelas bawah
tidak akan semudah memperoleh pendidikan dibading kelas menengah. Ketiga,
realitas Negara bahwa segala pengetahuan ditentukan oleh penguasa, karenanya kelas
proletar yang notabene sebagai objek dari kebijakan mendapatkan keilmuan tidak
sesuai dengan fakta yang ada, sekaligus bukan termasuk bagain dari keinginan
siswa dan keahliannya.
DAFTAR PUSTAKA
Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik. Bandung : CV. Yasindo Multi Aspek
http://iya87.wordpress.com/2012/10/02/bab-4-teori-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar