Rabu, 21 Mei 2014

AKIBAT DAN RESOLUSI KONFLIK

AKIBAT DAN RESOLUSI KONFLIK

Akibat Konflik
Dalam wikipedia (: http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik) disebutkan bahwa hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
a.    Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
b.    Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

c.    Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
d.   Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
e.    Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
a.    Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
b.    Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
c.    Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
d.   Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
Resolusi Konflik
Resolusi konflik mempunyai beberapa strategi umum, meliputi negosiasi, mediasi, dan arbitrasi atau ajudikasi. Strategi-strategi ini adalah strategi yang bersifat tanpa kekerasan. (non violent strategis). Dugan secara singkat menggambarkan kontinum strategi resolusi konflik dari negosiasi ke arbitrasi (ajudikasi) sebagai berikut:
Strategi pertama resolusi konflik adalah negosiasi, melalui strategi tersebut pihak-pihak yang berkonflik mencoba memecahkan konflik mereka oleh mereka sendiri. Strateg ini dapat bersifat formal maupun informal. Negosiasi tidak akan berhasil kecuali kalau dua atau lebih pihak yang berkonflik mempunyai pemahaman yang baik terhadap masalah mereka, dan juga mempunyai kemampuan, keterampilan dan sikap yang baik untuk menyelesaikan konflik oleh mereka sendiri. Jadi, negosiasi menuntut pemahaman, sikap, dan keterampilan yang baik dalam menyelesaikan konflik (Maftuh, 2008: 48-49).
Apabila negosiasi tidak dapat berjalan dengan lancar, maka strategi kedua menurut dugan adalah strategi mediasi dimana kedua atau lebih pihak yang bertikai mengundang pihak ketiga yang dipercayai oleh pihak bertikai tersebut untuk menjadi mediator dalam upaya penyelesaian konflik mereka.
Mediasi adalah strategi resolusi konflik melalui suatu pihak ketiga yang netral yang membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah mereka. Dalam mediasi, pihak ketiga tidak mempunyai kepentingan dalam keputusan resolusi konflik. Tugas utama mediator adalah untuk memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang berkonflik (Maftuh, 2008: 49).
Strategi selanjutnya adalah arbitrasi. Maftuh menyebutkan (2008:50) bahwa arbitrasi adalah suatu strategi resolusi konflik yang juga melibatkan suatu pihak ketiga yang netral. Namun demikian, tidak seperti mediasi, dalam arbitras pihak ketiga mempunyai otoritas untuk menentukan hasil atau solusi konflik yang harus dipatuhi atau diatasi oleh pihak-pihak yang berkonflik.   


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Konflik. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik. Bandung: Yasindo Multi Aspek.
Pace, R.W., dan Don F. Faules. (1994). Organizational Communication. Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Setiadi, Elly. M dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi.Jakarta:  Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar