KONSEP PENYIMPANGAN SOSIAL
Pengertian Penyimpangan Sosial
Salah
seorang kriminolog Indonesia, Romli Atmasasmita (Anwar, 2010: 319) mengutip
pendapat Durkheim yang mengemukakan bahwa terjadinya penyimpangan tingkah laku
yaitu adanya tradisi yang telah menghilang dan telah terjadi deregulasi di
dalam masyarakat. Selanjutnya, masih menurut Romli Atmasasmita yang mengutip
pendapat Merton, mengemukakan bahwa penyimpangan tingkah laku atau deviant
merupakan gejala dari suatu struktur masyarakat dimana aspirasi budaya yang
telah terbentuk terpisah dari sarana yang tersedia dari masyarakat.
Gillin (Wiki:
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang) menyebutkan perilaku
menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga
dan masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan atau solidaritas
kelompok. Namun, Lewis Coser mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan
salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial
Pengertian
di atas masih sulit difahami. Oleh karena itu, Elly Setiadi dan Usman Kolip
(Setiadi, 2011: 187) memberikan pengertian yang lebih sederhana bahwa perilaku
menyimpang adalah semua perilaku manusia yang dilakukan baik secara individual
maupun secara kelompok yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
dalam kelompok tersebut. Hal ini didukung oleh James Vander Zander, (Setiadi,
2011: 188) yang membuat batasan perilaku menyimpang meliputi semua tindakan
yang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh
sejumlah besar orang.
Adapun
Robert M. Z. Lawang (Setiadi, 2011: 188), membatasi perilaku menyimpang
meliputi semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan
usaha dari mereka yang berwenang dari sistem itu untuk memperbaiki perilaku
tersebut. Bruce J. Cohen membatasi perilaku menyimpang sebagai setiap perilaku
yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu dalam masyarakat. Paul B.
Horton, penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Teori-Teori Penyimpangan Sosial
Teori
differential association (Edwin H.
Sutherland).
Edward memandang bahwa perilaku
menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda (diffrential assosiation),
artinya seorang individu mempelajari suatu perilaku meyimpang dan interaksinya
dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok, atau
budaya.
Teori
Labeling
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme
dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen
kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial
menyebabkan penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong
orang masuk ke dalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi
seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat
menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian
label.
Teori
Anomie
Teori anomi menempatkan
ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab
penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan dari pada cara-cara
yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok
dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk
penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan.
Teori
Kontrol
Perspektif kontrol adalah perspektif
yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan
penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan
masyarakat, atau macetnya integrasi sosial.
Teori
Konflik
Teori konflik adalah pendekatan
terhadap penyimpangan yang paling banyak diaplikasikan kepada kejahatan,
walaupun banyak juga digunakan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Ia
adalah teori penjelasan norma, peraturan dan hukum daripada penjelasan perilaku
yang dianggap melanggar peraturan.
Menurut
Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation
(http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang#Faktor_Penyebab) sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1)
Faktor
subjektif, adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2)
Faktor
objektif, adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk
lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan
seorang individu (faktor objektif), yaitu:
1)
Ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan.
2)
Proses
belajar yang menyimpang.
3)
Ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial.
4)
Ikatan
sosial yang berlainan.
5)
Akibat
proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
Elly Setiadi dan Usman Kolip (Setiadi, 2011: 215) mengemukakan 11 sebab musabab
terjadinya perilaku menyimpang, yaitu:
1)
Sikap
mental yang tidak sehat
2)
Ketidakharmonisan
dalam keluarga
3)
Pelampiasan
rasa kecewa
4)
Dorongan
kebutuhan ekonomi
5)
Pengaruh
lingkungan dan media masa
6)
Keinginan
untuk dipuji
7)
Proses
belajar yang menyimpang
8)
Ketidaksanggupan
menyerap norma
9)
Proses
sosialisasi nilai-nilai subkultur menyimpang
10)
Kegagalan
dalam proses sosialisasi
11)
Adanya
ikatan sosial yang berlainan
Menurut Edwin M. Lemert (1951),
perilaku menyimpang dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu:
a. Perilaku
Menyimpang Primer (primary deviation)
Penyimpangan yang dilakukan
seseorang akan tetapi si pelaku masih diterima masyarakat. Ciri-ciri
penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara
berulang-ulang, dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.
b. Perilaku
Menyimpang Sekunder (secondary deviation)
Penyimpangan yang dilakukan secara
terus menerus, penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh masyarakat sebab
sudah mengarah pada tindak kejahatan atau kriminalitas.
Bentuk
penyimpangan sosial menurut Fera Wati (Wati: 2013) adalah sebagai berikut:
1)
Tindakan
Kriminal atau Kejahatan.
Kriminalitas menurut bahasa
(http://www.referensimakalah.com/2012/10/
pengertian-kriminalitas-menurut-bahasa.html.) adalah sama dengan kejahatan
(pelanggaran yang dapat dihukum) yaitu perkara kejahatan yang dapat dihukum
menurut Undang-Undang. Sedangkan pengertian kriminalitas menurut istilah
diartikan sebagai suatu kejahatan yang tergolong dalam pelanggaran hukum
positif (hukum yang berlaku dalam suatu negara). Dengan demikian, pengertian
kriminalitas adalah segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan
secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara
Indonesia serta norma-norma sosial dan agama.
2)
Penyalahgunaan
Narkotika
Penyalahgunaan
narkotika adalah penggunaan narkotika dan narkoba tanpa izin dengan tujuan
hanya untuk memperoleh kenikmatan.
3)
Perkelahian Antarpelajar
Perkelahian
termasuk jenis kenakalan remaja akibat kompleksnya kehidupan kota yang
disebabkan karena masalah sepele.
4)
Hubungan Seksual di Luar Nikah
Hubungan seks diluar nikah,
pelacuran dan HIV/AIDS merupakan penyimpangan sosial karena menyimpang norma
sosial maupun agama.
5)
Penyimpangan
Seksual
Penyimpangan
seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh
orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab
terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman
sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar
Yesmil dan Adang. (2010). Kriminologi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Setiadi, Elly. M dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi.Jakarta:
Kencana.
Situs
Web
Anonim.
(____). Tinjauan Pustaka. [Online]. Tersedia: http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/24957/4/Chapter%20II.pdf
Anonim.
(2013). Pengertian Kriminalitas Menurut Bahasa. [Online]. Tersedia:
http://www.referensimakalah.com/2012/10/pengertian-kriminalitas-menurut-bahasa.html
Anonim. (2013). Perilaku Menyimpang. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/ Perilaku_menyimpang.
Eviana. (2012). Perilaku Menyimpang. [Online]. Tersedia: http://eviana19.blogspot.com/2012/10/perilaku-menyimpang.html
Omika, H. Asra. (2012). Perilaku Menyimpang. [Online].
Tersedia: http://infosos.wordpress. com/kelas-x/perilaku-menyimpang/
Wati, Fera. (2013). Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang.[Online].
Tersedia: http://ferawati1.
blogspot.com/2013/02/bentuk-bentuk-perilaku-penyimpangan.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar