Minggu, 25 Mei 2014
Di part satu diceritakan terjadi sebuah perampokan di sebuah bank. Di sisi lain diceritakan juga seorang wanita yang menggunakan earphone merah sedang membuntuti seorang pria berkacamata. Apa yang sebenarnya terjadi?? Silahkan baca kelanjutannya di part 2 (^_^)
Sinopsis Could eyes part 2
Pria
kacamata meminum minumannya dengan terburu-buru. Dia menatap wanita yang dari
tadi mengawasinya. Wanita yang sedari tadi memperhatikan pria berkacamata itu mengalihkan pandangannya ke jendela luar. Pria berkacamata mengelap sisa
minuman di sekitar bibirnya. Dia
berdiri. Menghampiri wanita earphone merah yang terus mengawasinya.
Wanita
earphone merah berpura-pura sedang memainkan ponsel. Pria berkacamata mengetuk
mejanya. Wanita earphone merah melihat ke arahnya.
“Yaaa...
Yeong Suk-ah,” sapa pria kacamata. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan
wanita earphone merah. “Bagaimana kabarmu?” Lanjutnya.
Setelah
melepas earphonenya wanita earphone merah berkata,” aku pikir anda salah orang
.”
“ha...ha..
Aku benar, kau adik Hae Suk, Yeong Suk.”
Wanita
earphone merah tidak menjawab. Dia hanya melihat ke arah pria kacamata sambil
menggulung earphonenya.
“Bukan? Aku membuat kesalahan? Apa aku salah?” ucap pria kacamata sambil sedikit menurunkan letak kacamatanya.
“Itu
bisa terjadi,” jawab wanita earphone merah sambil menyelendangkan tas
punggungnya dan berdiri.
Ketika
hendak melangkah pergi, lengan kanan wanita earphone merah di cengkram oleh pria kacamata. “Jika kau bukan
Yeong Suk, mengapa kau mengikutiku?” tanyanya tanpa melihat ke arah wanita
earphone merah. “Kemarin di jembatan Sam Seong dan sebelumnya di kereta bawah
tanah. Sekarang, di sini,” lanjutnya.
Bukannya
menjawab, wanita airphone merah malah memelintir tangan pria kacamata.
Orang-orang yang berada direstoran mendengar keributan yang terjadi. Mereka
memandang ke arah keduanya.
Pria
berkacamata yang tangannya dipelintir menendang kaki wanita earphone merah. Wanita
aerphone merah terjatuh berlutut di samping kursi tempat pria berkacamata
duduk. Dengan sengaja pria berkacamata menjatuhkan mangkuk yang berada di atas
meja sehingga kejadian tersebut nampak tidak disengaja. Wanita earphone merah
menatap pria kacamata. Terkejut.
“Minus
Sepuluh. Lima untuk ketahuan. Empat poin untuk respon yang terlambat. Satu poin
untuk ekspresi bodoh itu! Aku Hwang Jeong dari kelas khusus memantau,” pria
berkacamata memberi nilai sekaligus memperkenalkan diri.
Wanita
earphone merah nampak kesal. Dia membereskan mangkok yang dijatuhkan dan isinya
yang berserakan. Kemudian duduk kembali di kursi tempat dia duduk sebelumnya.
“Hei,
apa kau mempermasalahkannya?”
“Tidak.”
Jawab wanita earphone merah.
“Jam
berapa aku turun dari kereta?” tanya Hwang Jeong, mulai megetes kemampuan
wanita earphone merah.
Wanita
earphone merah berpikir sambil mengetukan jari telunjuknya ke meja.
“Tidak
menjawab?” ucap Hwang jeong setelah sekilas memperhatikan ketukan jari wanita
di depannya. “Kau ingin melanjutkan atau mengakhirinya hari ini?” Tanyanya.
Ketukan
jari wanita earphone merah terhenti.”Jalur kereta No. 2447. Kau turun dari
kereta pukul 15.30, melangkah dari kereta bawah tanah Yeoksam. Dari kereta
nomor 5, kau turun setelahnya. Keluar dari jalan No. 1. Setelah itu, berjalan
meninggalkan trotoar. 15.51, sebelum sampai di depan Bank devosit Nova, kau melakukan
percakapan di handphone selama 10 detik. Kemudian, kau berjalan 20 meter. Kau menggunakan
telepon umum untuk menelpon. Terdapat banyak catatan di buku telepon tersebut.”
Wanita earphone merah berkata sambil membayangkan kejadian-kejadian sebelumnya.
Dalam ingatannya, dia memasuki telepon umum yang sebelumnya sempat digunakan
Hwang Jeong lalu merobek salah satu halaman. “Ini, masih meninggalkan bekas,”
tambahnya seraya menyodorkan sebuah kertas. “15.24, di tengah stasiun samcheong
dan jaesam menabrak tas belanjaan seorang wanita berumur 30 tahun,” tambahnya
lagi. (wuuiiiiihhh, Daeeebaakkk,, dia bisa inget kejadian yang dilihatnya,,
sampai inget jam, menit, detik,,,)
“Bagaimana
wanita itu?” tanya Hwang Jeong.
“Tinggi
170 lebih. Gaya rambut lurus. Mantel tentara warna hijau. Syal putih.
Menggunakan tas punggung.”
“Koran?”
“Koran.
Aku menjatuhkan korannya.”
Wanita
earphone merah menggenggamkan tangannya. Matanya melirik ke kanan. Jari
telunjuknya kembali mengetuk-ngetuk meja. Dia kembali membayangkan situasi di
dalam kereta. Dia merasa bayangannya kini gelap. “Kurasa, aku melewatkannya.”
“Apakah
kau benar-benar telah melewatkannya?”
“Aku
melewatkannya.” Wanita earphone merah menunduk.
“Terlihat
jelas, kau memiliki pengamatan dan konsntrasi yang jelek, (what? Pengamatan jelek?).
Orang hanyalah ingin melihat apa yang sedang mereka fokuskan. Aku melihat semua
yang terjadi di dalam kereta. Tapi, kau hanya mengingat apa yang ingin kau
lihat. Target yang kau amati adalah aku. Wanita yang menabrakku itu. Coba
pikir. Apakah kau benar-benar telah mewatkannya ataukah kau hanya berpikir
bahwa kau telah melewatkannya? Apakah kau yakin kau tidak melihat apa-apa? “
Mendengar
perkataan Hwang Jeong, wanita earphone memejamkan matanya sesaat, kemudian
membukanya lagi.
“Tutup
matamu! 15.24 di antara stasiun Samcheong dan Jamsil, sasaran menjatuhkan
korannya dan terbangun. Dengarkan, suara logam. Di sisi lain, muncul seorang
wanita. Dia membantu mengambil tas belanjaannya. Wanita itu menghilang. Mari
kita lihat lagi rekamannya,” ketika Hwang Joeng berbicara, si wanita menutup
matanya. Mengingat setiap kejadian di kereta.
Ketika
hwang Jeong berhenti bicara, wanita earphone merah berusaha mengingat dengan
keras. Dalam ingatannya, dia menangkap bayangan seorang pria yang sedang
berdiri sambil membaca koran.
“Apa
yang kau lihat?” Tanya Hwang Jeong
Wanita earphone merah mengingat dengan keras. Jari
telunjuknya tidak berhenti mengetuk. Lalu, dia berhasil melihat wajah pria itu.
Pria yang berdiri, membaca koran sambil tersenyum (Ohhh,,, Jun Ho 2PM (^_^)).
“Laki-laki
berumur 20 tahun-an lebih, mantel berwarna Deep Blue, menggunakan jeans
dan ranselnya berwarna abu-abu.”
“Kau
yakin?”
“Dia
baru saja melewatimu pak,” ucapnya sambil melihat pria tampan (haduhhh...mulai
ilang fokus) yang berjalan ke luar restoran.
Hwang
Jeong tidak mengikuti arah penglihatan wanita earphone merah. Sambil terus
menatap wajah wanita earphone merah dia berkata,” ARGUS, dalam mitologi Yunani
dia adalah raksasa bermata seratus. Karena dia memiliki seratus mata, dia tidak
pernah melewatkan apapun. Aku membutuhkan orang yang bisa melihat dan mengingat
semuanya.” Dia berhenti bicara. Mengalihkan pandangannya pada jari wanita
earphone merah yang terus bergerak. “Itu. Apakah itu gangguan obsesif
kompulsif?” Wanita earphone merah menghentikan gerakan telunjuknya. “Sekarang
kau membuat orang lain jengkel,” lanjut Hwang Jeong.
“Apakah
aku gagal?” tanya wanita earphone merah
“sebenarnya,
Kau cukup efektif,” jawab Hwang Jeong cepat. “Ini 290 Kilokalori. Tidak baik
sedikitpun.” Hwang Jeong berkata sambil memperhatikan gelas kopinya. Dia
kemudian melangkah pergi.
Ternyata
di bawah gelas kopi yang tadi di perhatikan HwangJoeng ada sesobek kertas. Setelah
wanita earphone merah menggosok salah satu bagian kertas terlihat tulisan Pergilah
bekerja. Artinya dia diterima sebagai bagian dari detektive.
Malam
hari, para perampok bank (minus pria tegap) berkumpul. Sebuah mobil sedan datang.
Pria tegap keluar dari mobil. Dengan langkah pasti dan tanpa berbicara apapun,
pria tegap menghampiri salah satu perampok (sepertinya itu perampok serakah
yang hampir menggagalkan rencana mereka). Dia memelintir tangan pria itu,
memukulnya, menutup kepala dan wajah pria itu dengan bagian belakang baju yang
dipakai si pria, tanpa ampun dia memukuli wajahnya, dan menendang kakinya
hingga terjungkal. Seakan tak cukup, dia membelit kepala si pria dan tangannya
dengan lakban. Wajah pria itu sudah babak belur. Dia mengeluarkan timer dari
sakunya dan melemparkan timer itu
ke wajah si pria. Sambil menggelinjang ketakutan si pria serakah melihat pria
tegap membakar mobil berisi uang yang tadi di ambil pria serakah.
“Jika
rencananya gagal, akan banyak konsekuensi yang merepotkan. Orang-orang seperti
ini harus dibunuh. Tinggalkan.” Ucap pria itu pada para perampok. Setelah timer
berhenti, pria tegap menghampiri perampok serakah yang ketakutan. Dia
mencengkram kerah lehernya. “Sepuluh tahun. Karena keserakahan kecil, aku
kehilangan sepuluh tahun.” Dengan kejam, pria tegap merobek wajah perampok
serakah yang sudah dililit lakban menggunakan pisau yang berbentuk seperti
pena. Wajah perampok itu berlumuran darah.
“Maaf,”
kata pria perlente. Dia kemudian menyerahkan sebuah koper kepada pria tegap.
Pria tegap langsung pergi begitu saja.
Setelah melihat penyiksaan yang begitu sadis, scene beralih ke kantor para detektif. Hwang Jeong bekerja bersama anak buahnya. Sepertinya dia bertugas untuk menyelidiki kasus perampokan yang terjadi sore tadi. Dia memeriksa satu persatu cctv, berharap dapat menemukan para pelaku.
“Bangunan
di dekat parkiran mobil dan taman. Temukan semuanya, jangan ada yang terlewat!”
perintah dia kepada semua anak buahnya yang mengawasi cctv.
Saat
ini pria tegap (penjahat yang ganteng) berada di sebuah kawasan kumuh. Dia memasuki
salah satu tempat penyemiran sepatu. Di tempat itu sepatunya disemir oleh kakek
tua. Ternyata itu bukan tempat semir sepatu biasa. Kakek itu bukanlah penyemir
sepatu biasa. Dia merupakan orang yang menyewa si pria tegap untuk merampok. Kakek
itu merupakan penghubunng antara pria tegap dan klien. Ternyata orang yang
merencanakan perampokan bank itu adalah presdir bank tersebut. Si presdir ingin
mendapat keuntungan dari perampokan itu karena para nasabah yang mendepositkan
hartanya di Bank tersebut tidak bisa melaporkan kejadian perampokan itu.
Sepertinya pemilik-pemilik loker yang tadi di rampok adalah orang-orang jahat
atau koruptor yang tidak mau berhubungan dengan polisi.
“Semuanya
adalah pencuri. Orang-orang yang memasuki dunia politik itu bagus. Orang-orang
yang mempunyai banyak uang juga bagus. Kita (perampok) juga bagus. Semuanya
adalah pencuri. Banyak hal yang telah berubah dalam 10 thn ini. Itulah mengapa
kau dipanggil lagi ke sini.”
Ketika
kakek penyemir sepatu bicara, pria tegap memberikan kunci mobilnya melalui
loker yang terhubung ke luar. Seseorang menyimpan uang bayaran untuknya di
bagasi mobil. Sebelum pria tegap pergi, kakek penyemir sepatu mengingatkan agar
pria tegap melaksanakan kejahatannya dengan benar. Tidak boleh meninggalkan
jejak.
Setelah
pria tegap pergi, kakek penyemir sepatu menelpon seseorang. Sementara pria
tegap memeriksa bayarannya.
Hwang
Jeong benar-benar dibuat pusing dengan kasus perampokan ini. Dia merasa bahwa
para perampok itu telah menyiapkan rencananya dengan matang. Di tengah keputusasaannya, salah seorang anak
buahnya memangil. Dia mengira, anak buahnya telah berhasil mendapatkan
petunjuk. Ternyata anak buahnya sedang melihat gambar dia yang diikuti seorang
wanita.
“Apakah
dia baru? Ohh bagus sekali..” Kata anak buahnya, mengagumi kecantikan wanita
earphone merah.
Hwang
Jeong hendak memukul kepala anak buahnya dengan tumpukkan map tapi tiba-tiba
dia melihat sesuatu di rekaman cctv.
“Tunggu.
Mundurkan sedikit.” Perintah Hwang Jeong pada anak buahnya.
Dia
menangkap gambar seorang pria gemuk berbrewok yang sempat berpapasan dengannya.
“15.57,
seekor kuda nil yang meminum air.”
Anak
buahnya membandingkan gambar tubuh si pria gendut brewok dengan gambar supir
truk yang kabur.
“Sesuai!”
Seru anak buahnya setelah komputer mengkonfirmasi kesesuaian antara orang di ke
2 gambar tersebut.
“Tinggi
175. Mengenakan Jas Putih. Celana Khaki. Cepat cari orang ini!” Perintah Hwang
Jeong kepada seluruh anak buahnya.
Dia
dan seluruh anak buahnya mencari pria gendut brewok di setiap cctv yang ada di
kota. Akhirnya, pria wajah pria gendut brewok tertangkap oleh cctv sebuah mini
market. Karena pria gendut brewok membayar dengan kartu transportasi maka data
pria itu didapatkan. Tapi kebenarannya masih harus bisa dikonfirmasi.
Wanita earphone merah berada di sebuah pusat perbelanjaan. Tangannya menyeret sebuah koper. Kereenn... ternyata kantor para detektive berada di lantai paling atas tempat perbelanjaan itu. Seorang resepsionis memberikan ID untuknya dan menyuruhnya masuk ke dalam.
Di
dalam kantor detective setiap orang sedang sibuk bekerja. Wanita earphone merah
sempat bingung karena tidak ada satu orang pun yang dia kenal.
“Kau
telah datang,” kata Hwang Jeon yang berjalan dari belakang. Hwang Jeong
mengajak wanita earphone merah ke sebuah ruangan.
“Ketuk
pintunya!” Teriak seorang wanita yang sedang menggunakan lipstik ketika melihat
Hwang Jeong masuk tiba-tiba.
Hwang
Jeong dan wanita earphone merah keluar lagi, mengetuk pintu, lalu masuk lagi (wkkk...wkkk...sumpah
ngakak lihatnya).
“Orang
baru,” lapor Hwang Jeong pada wanita yang masih asik menggunakan lipstiknya.
Wanita
itu meletakkan lipstik dan kacanya. Dia memeriksa profil wanita earphone merah.
“Kau cukup mengagumkan,” katanya ketika melihat nilai wanita earphone merah
yang hampir semuanya A. Hwang Jeong mengangguk menyetujui. Kebiasaan Tangan
Buruk, tertulis di bagian akhir profil wanita earphone merah. Wanita
lipstik melihat jari wanita earphone merah yang bergetar. “Apa kau sudah
mempunyai julukan?” tanyanya pada wanita earphone merah.
“ummm...
Rusa kecil..” ucap wanita earphone merah.
***
Could Eyes Part 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar