Rabu, 21 Mei 2014

Mata Kuliah: Media, Metode, dan Microteaching
Dosen         : Dr. Cik Suabuana, M.Pd., dan Siti Nurbayani K, S.Pd., M.Si.

Kuliah Pertemuan Ke 2
MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK PEMBELAJARAN

A. MODEL
     Udin (1992: 109-110) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukisan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Maksud dari prosedur sistematik yaitu pembelajaran harus dilakukan secara berurutan, prosedural atau jika kita ibaratkan, guru dalam melakukan proses pembelajaran seperti orang yang sedang menapaki anak tangga yang dilakukan setahap demi setahap. Jadi, ada perencanaan yang diibaratkan seperti lingkaran manajemen dimana ada planning, organizing, monitoring evaluasi, dan development. Rencana ini menjad siklus yang terus berputar. Guru profesional senantiasa mengevaluasi kinerja diri guna adanya pengembangan. Evaluasi seperti ini bisa dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan Bruce Joyce dan Marsha Weil (Peter F. Olivia, 1982: 385) mendefinisikan model pembelajaran sebagai sebuahrencana atau pola yang dapat digunakan untuk mendisain materi pembelajaran, memandu pembelajaran di kelas dan setting lainnya.
      Kedua pengertian di atas, memiliki kesamaan yang menyebutkan bahwa pada dasarnya model pembelajaran adalah bentuk pengajaran yang disajikan dari awal hingga akhir secara khas oleh guru.
       Pengertian sedikit berbeda disebutkan oleh Dick, Carry, dll, yakni model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perbedaan dari kedua pengertian sebelumnya adalah karena dia menyebutkan bahwa model belajar merupakan kerangka konseptual saja. Akantetapi, tetap tersusun secara sistematis dalam mengorganisasikan pembelajaran.
      Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara sistematis dan khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Jika diibaratkan model itu seperti tas yang menampung berbagai elemen dalam pembelajaran.
     Berkenaan dengan model embelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Supriawan, D dan Surasega, B, 1990) membagi model ke dalam 4 bagian, yaitu:
1. Model Interaksi Sosial
2. Model Pengolahan Informasi
3 Model Personal-Humanistik
4. Model Modifikasi Tingkah Laku
    Meskipun demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran diidentifikasikan dengan strategi pembelajaran. Padahal, strategi pembelajaran merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran.
Bagian-bagian dari model pembelajaran tersebut, yaitu:
1. Pendekatan Pembelajaran. Pendekatan tersebut bisa Student Center atau Teacher Center. 
2. Strategi Pembelajaran. Setelah menentukan Pendekatan, guru dapat menentukan strategi pembelajaran baik exposition, discovery learning atau group-individual learning.
3. Metode Pembelajaran. Setelah menentukan strategi pembelajaran maka guru dapat menententukan metode pembelajaran baik itu ceramah, simulasi, diskusi, dll.
4. Teknik dan Taktik Pembelajaran. Setelah semua di atas ditentukan maka guru dapat menentukan teknik dan taktik pembelajaran baik itu spesifik, unik,dll.
     Ke 4 bagian di atas  saling mempengaruhi secara berurutan.
     Ada 3 rumpun model pembelajaran, yaitu:
1. Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung)
    Direct Instruction merupakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajarai keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pengajaran langsung, dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural (pengetahuan yang harus diketahui siswa secara sistemik) dengan pengetahuan dekoratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
    Bruce Joyce dan Marsha Weil menyebutkan bahwa model pembelajaran Direct Instruction memiliki 5 fase yang penting, yaitu:
1. Fase Orientasi
2. Fase Presentasi atau demonstrasi
3. Fase Latar Terstruktur
4. Fase Latar Terbimbing
5. Fase Latihan Mandiri
    Implementasi 5 Fase dalam pembelajaran:
1. Fase orientasi dengan menyampaikan tujuan dan mempersiapkan Siswa (dikenal dengan istilah apersepsi) berada pada siasat membuka pembelajaran. Peran guru, menyampaikan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Fase Presentasi dan Demonstrasi guru berperan untuk mendemosntrasikan dan menyajikan informasi dengan benar dan bertahap.
3. Fase latihan Terstruktur atau membimbing pelatihan guru berperan untuk merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
4. Fase Latihan terbimbing dengan mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Fase Latihan mandiri dengan memberikan kesempatan untuk siswa melakukan pelatihan lanjutan dan penerapan terhadap informasi yang telah diberikan sebelumnya.
2. Model Cooperative Learning
    Model cooperative learning merupakan model yang menitik beratkan pada pengelompokan peserta dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri dari 4-5 orang peserta (Saptono, 2003).
     Jadi, cooperative learning adalah belajar kelompok yang dilakukan secara terstruktur. Adapun yang termasuk di dalam strruktur ini adalah 5 unsur pokok, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab individual
3. Interaksi Personal
4. Keahlian bekerjasama
5. Proses kelompok
    Falsafah model ini adalah "homo homini socius" yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Guru harus menekankan sebelumnya pada siswa bahwa siswa perlu bekerjasama dengan individu-individu lain karena manusia tidak dapat bekerja sendiri.
      Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial di masyarakat sendiri adalah:
1. Kerjasama
2. Persaingan
3. Konflik
4. Akomodasi
     Ke 4 bentuk interaksi sosial ini dapat menjadi siklus. Oleh karena itu, guru harus mampu membangun interaksi sosial yang dapat membentuk ketergantungan positif antar siswa.
3. Model Problem-Based Instruction (PBI)
    Model problem based instruction merupakan model pembelajaran yang berlandaskan paham kostruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al, 2001). Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah faktual sebagai suatu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan objektif. Pada model ini dapat digunakan contekstual teaching learning 
      5 langkah dalam PBI (Arend et al, 2001):
1. Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah maupun isu yang berkaitan dengan materi belajar (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk  satu sampai tiga pertemuan, bisa dari hasil seleksi guru maupun eksplorasi siswa.
2. Guru membantu siswa mengklasifikasi masalah dan menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (Investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan survei dan pengukuran).
3. Guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya).
4. Pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model, program komputer, dll).
5. Presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru bisa melibatkan administrator ata anggota masyarakat).
    Adapun ciri-ciri PBI adalah:
1. PBI merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya, dalam implementasi PBI ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. PBI tidak mengharapkan siswa yang sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran. Akantetapi, melalui PBI siswa aktif berfikir,berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBI menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajarana. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah (proses berfikir deduktif dan induktif). Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu. Sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
     Dalam mengimplementasikan PBI perlu beberapa yang dilakukan, antara lain:
1. Guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.
2. permasalahan tersebut dapat diambil dari buku teks
3. permasalahan dari sumber-sumber lain, misalnya yang terjadi dilingkungan sekitar, peristiwa dalam kelompok atau peristiwa kemasyarakatan.
    Jadi, pada dasarnya PBI:
1. Tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa
2. membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir memecahkan masalah dan keterampilan intelektual
3. Belajar berbagai peran (keterlibatan dalam pengalaman nyata atau melalui simulasi)
4. Belajar mandiri
5. Meningkatkan kepekaan siswa dengan situasi  lingkungan.

B. PENDEKATAN
     Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008: 127).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar