Pengertian
Konflik
Istilah
konflik berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang
berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, konflik dalam kehidupan sosial
berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat dan lain-lain yang paling
tidak melibatkan dua pihak atau lebih. (Setiadi dan Kolip, 2011:347).
Konflik
merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
Chang
menyebutkan bahwa di dalam International Encyclopedia of The Social Science Vol.
3 (hlm. 236-241) diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi,
yakni ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak;
dimana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan,
satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung ideologi
tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agama
tertentu. Demikian pihak-pihak yang dapat terlibat dalam konflik meliputi
banyak macam bentuk dan ukurannya.
Selain itu, dapat pula dipahami bahwa pengertian konflik menurut aspek-aspek
lain yang semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial
dalam kehidupan kolektif manusia (Setiadi dan Kolip, 2011: 348).
Menurut
Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih pihak secara berterusan. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan
selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula
melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu
sama lain. Sedangakan, menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam
organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak
menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut
dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam
organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan (http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013).
Konflik. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik. Bandung:
Yasindo Multi Aspek.
Pace, R.W., dan Don F. Faules. (1994). Organizational
Communication. Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Setiadi, Elly.
M dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi.Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar