Kamis, 22 Mei 2014

Teori-Teori Sosiologi Tentang Asal-Usul Agama 2

Lanjutan...

Apabila orang meninggal dunia, rohnya mampu hidup terus walaupun jasadnya membusuk. Dari sanalah asal mula kepercayaan bahwa roh orang yang telah mati itu kekal abadi. Selanjutnya, roh orang mati itu dipercayai dapat mengunjungi manusia, dapat menolong manusia, bisa mengganggu kehidupan manusia dan bisa juga menjaga manusia yang masih hidup, terutama anak cucu, teman, dan keluarga sekampung.

Alam semesta ini dipercayai penuh dengan jiwa-jiwa yang bebas merdeka. E. B Taylor tidak menyebutnya soul atau jiwa lagi, tetapi spirit atau makhluk halus. Menurut Beals dan Hoijer, ada perbedaan antara pengertian roh dengan makhluk halus. Roh adalah bagian halus dari setiap makhluk yang mampu hidup terus sesudah jasadnya mati, sedangkan makhluk halus adalah sesuatu yang terjadi dari awalnya seperti itu, contohnya peri, mambang, dan dewa-dewi yang dianggap berkuasa. Jadi, pikiran manusia telah mentransformasikan kesadaran akan adanya jiwa yang akhirnya menjadi kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus.       
Tingkat yang paling dasar dari perkembangan agama adalah ketika manusia percaya bahwa makhluk-makhluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia. Karena mereka bertubuh halus, manusia tidak bisa menangkap dengan panca inderanya. Makhluk halus itu mampu berbuat berbagai hal yang tidak dapat diperbuat oleh manusia. Berdasarkan kepercayaan semacam itu, makhluk halus menjadi objek penghormatan dan penyembahan manusia dengan berbagai upacara keagamaan berupa berdoa, sesajen, atau korban. Kepercayaan itulah yang oleh E. B. Taylor disebut Animisme.

 4.    Teori Krisis dalam Hidup Individu

Pandangan seperti ini dikemukakan oleh M. Crawley dalam bukunya Tree of Life (1905) dan A. van Gennep dalam bukunya Rites de Passage (1909). Dalam buku yang ditulis oleKoentjaraningrat, kedua pakar menyatakan bahwa selama hidupnya manusia mengalami berbagai krisis yang sangat ditakuti oleh manusia, dan karena itu menjadi objek dari perhatiannya. Terutama terhadap bencana sakit dan maut, segala kepandaian, kekuasaan, dan harta benda yang dimilikinya, manusia tidak berdaya. Bagi manusia, ada saat-saat ketika manusia mudah jatuh sakit atau tertimpa bencana. Misalnya masa kanak-kanak, atau saat ia beralih dari usia pemuda ke usia dewasa, masa hamil, melahirkan, dan saat ia menghadapi sakratul maut. Pada saat-saat seperti itu manusia merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperteguh imannya, yang dilakukannya dengan upacara-upacara. Perbuatan-perbuatan inilah yang merupakan pangkal dari religi dan merupakan bentuk-bentuk yang tertua.

5.      Teori Kekuatan Luar Biasa

     Teori ini dikemukakan oleh seorang antropolog dari Inggris R.R Marett, dalam bukunya The Threshold of Religion (1909). Ia mengecam teori jiwa yang dimajukan oleh Tylor, yang dikenal dengan animisme. Manurut Marett, kesadaran akan adanya jiwa sehingga meningkat pada makhluk halus adalah terlampau kompleks bagi manusia primitif. Karena itu Marett mengajukan pandangannya yang baru, yaitu bahwa pangkal dari segala kekuatan agama adalah timbul karena adanya suatu perasaan rendah menghadapi gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa alam yang dianggap sebagai hal-hal yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa itu berasal, yang dianggap manusia sebagai tempat adanya kekuatan-kekuatan yang melebihi kekuatan-kekuatan yang telah dikenal manusia dalam alam sekelilingnya, disebut dengan The Supernatural. Gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap akibat dari suatu kekuatan supernatural atau kekuatan sakti. Kepercayaan terhadap suatu kekuatan sakti di balik gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa alam yang luar biasa itu merupakan suatu bentuk kepercayaan yang ada pada manusia sebelum ia percaya kepada makhluk halus atau ruh yang oleh Tylor disebut animisme. Inilah sebabnya bentuk religi semacam ini disebut oleh Marett dengan Praenimisme. Jadi, teori kekuatan luar biasa adalah bentuk preanimisme dalam agama, yaitu yang mempercayai bahwa fenomena-fenomena yang muncul di alam seperti hujan, angin adalah tuhan yang layak disembah.

6.    Teori Sentiman Kemasyarakatan

Teori ini berasal dari seorang filosof dan sosiolog dari Perancis. Emile Durkheim (1958-1917). Di bidang antropologi budaya, dia dikenal karena kritiknya terhadap teori Tylor tentang animisme. Menurut Durkheim, manusia pada awal perkembangan kebudayaannya belum dapat menyadari tentang faham “jiwa” yang abstrak, sebagasubstansi yang berbeda dari tubuh atau jasmani. Apalagi tranformasi jiwa menjadi makhluk halus di luar hidup manusia adalah tidak dapat disadari oleh manusia primitif.
Teori Durkheim berpusat pada beberapa pengertian dasar sebagai berikut:
1.    Makhluk manusia, yang pertama kali mengembangkan hidupnya di bumi ini, mengemukakan aktivitas agamanya bukan karena mempunyai kesadaran tentang jiwa yang abstrak tetapi karena adanya suatu getaran jiwa, suatu emosi keagamaan, yang timbul dalam jiwa manusia karena adanya pengaruh rasa sentimen kemasyarakatan.
2.    Sentimen kemasyarakatan itu berada dalam batin manusia berupa suatu kompleks perasaan yang mengandung rasa terikat, rasa bakti, rasa cinta dan sebagainya terhadap masyarakatnya sendiri, yang merupakan seluruh alam tempat ia hidup.
3.    Sentimen kemasyarakatan yang menyebabkan timbulnya emosi keagamaan, yang merupakan pangkal dari segala kelakuan agama, kadang-kadang menjadi lemah. Oleh karena itu perlu diadakan suatu kontraksi masyarakat, dalam arti mengumpul seluruh masyarakat dalam pertemuan-pertemuan besar.
4.    Emosi keagamaan yang timbul karena rasa sentimen kemasyarakatan memerlukan suatu objek tujuan yang mempunyai sifat keramat, berlawanan dengan objek-objek lain yang tidak mendapat nilai keagamaan, yaitu objek yang tidak keramat atau profane.
5.    Objek keramat tidak lain adalah suatu lambang masyarakat. Pada suku bangsa asli di Autralia misalnya, objek keramat itu sering berupa sejenis binatang, tumbuh-tumbuhan juga benda. Objek keramat ini disebut totem, yang mengkonkretkan prinsip konsep totem yang berada di belakangnya, yaitu suatu kelompok tertentu dalam masyarakat berupa clan.
Menurut Durkheim, emosi keagamaan atau sentimen kemasyarakatan merupakan inti dari setiap agama. Adapun tindakan lainnya, yaitu kontraksi masyarakat, kesadaran akan adanya objek keramat (sacred) dan tidak keramat (profane), serta totem sebagai lambang masyarakat, dimaksudkan untuk memelihara inti agama tadi. Ketiga-tiganya akan menjelmakan upacara, kepercayaan dan mitologi, yang selanjutnya akan menentukan bentuk lahir dari suatu agama dalam masyarakat tertentu. Susunan tiap masyarakat dari beribu-ribu suku bangsa yang berbeda-beda dimuka bumi ini telah menentukan adanya beribu-ribu bentuk agama yang perbedaannya tampak dalam upacara-upacara, kepercayaan dan mitologinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Dadang. (2002). Sosiologi Agama. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mubaraq, Zulfi. (2010). Sosiologi Agama. Malang:UIN - MALIKI PREES.
Odea, F. Thomas. (1987).  Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali.
Pritchard, Evans. E.E. (1983). Teori-Teori Tentang Agama Primitif. Yogyakarta: PLP2M
Internet:
Anonim. (2011). Teori-Teori Tentang Religi. [Online]. Tersedia: http://briantamasmara.wordpress.com/2011/11/03/teori-teori-tentang-religi/.
Anonim. (2014). Pengertian Definisi Teori Menurut Para Ahli. [Online]: Tersedia: (http://carapedia.com/pengertian_definisi_teori_menurut_para_ahli_info502.html)
Arianti, Yuli. (2013). Asal-Usul Agama dalam Perspektif Teori. [Online]. Tersedia: http://ariantiyoulie.blogspot.com/2013/12/asal-usul-agama-dalam-perspektif-teori. html
Ekasari, Lusi. 2011. Kebutuhan Manusia Akan Agama. [Online]. Tersedia: http://sepucukkaryalusi.blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Raksa, Aji. (2011) Teori Asal-Usul Agama Teori Masa Krisis. [Online]. Tersedia: http://ajiraksa.blogspot.com/2011/06/teori-asal-usul-agama-teori-masa-krisis. html?m=1
Raksa, Aji. (2011). Teori Asal-Usul Agama Teori Sentimen. [Online]. Tersedia: http://ajiraksa.blogspot.com/2011/06/teori-asal-usul-agama-teori-sentimen.html ?m=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar