Rabu, 21 Mei 2014

Konsep Tawuran Antar Pelajar

Konsep Tawuran Antar Pelajar

Pengertian Tawuran

Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
a.       Delikuensi situasional, yaitu perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
b.      Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

Teori-Teori Tawuran Pelajar
      
a.      Teori Belajar Sosial
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Melalui pemberian reward and punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Dalam tawuran, ada pengaruh dari aspek eksternal. Pengaruh dari aspek eksternal ini yang akhirnya dijadikan individu sebagai sebuah pembelajaran bagi tumbuh kembang perilaku dan kognitif mereka. Ketika lingkungan memberikan input yang baik pada seorang individu, maka secara tidak langsung individu tersebut akan belajar hal-hal yang baik dari lingkungan. Sementara sebaliknya, bila individu mendapat pengaruh yang buruk dari lingkungan, individu juga akan belajar. Contoh kecilnya adalah keluarga. Ketika keluarga sering ribut atau sering terjadi KDRT, maka anak akan merasa bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya. Maka wajar jika anak-anak yang sudah biasa hidup di lingkungan yang penuh dengan kekerasan akan juga melakukan kekerasan seperti contohnya tawuran. Ia akan merasa bahwa kekerasan adalah hal yang wajar dilakukan oleh seseorang.
b.       Teori Frustasi – Agresi
Teori Frustrasi-Agresi atau Hipotesis Frustrasi-Agresi (frustration-Aggression Hypothesi) berasumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, akan timbul dorongan agresif pada dirinya yang akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustrasi (Dollard dkk dalam Prabowo, 1998). Menurut formulasi ini, agresi bukan dorongan bawaan, tetapi karena frustrasi merupakan kondisi yang cukup universal, agresi tetap merupakan dorongan yang harus disalurkan.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, bahwa tindakan tawuran ini juga dipengaruhi oleh aspek Internal individu. Ketika individu merasa adanya tekanan dalam dirinya dan tidak ada penyaluran, maka tawuran lah yang menjadi salah satu penyaluran bagi perilaku seorang individu. Contohnya ketika seorang individu kalah dalam suatu pertandingan (ia mendapat hambatan ketika mencapai tujuannya), maka akan timbul dorongan agresif pada dirinya yang akan memotivasi perilakunya untuk melukai orang. Salah satu caranya ialah dengan tawuran.
c.       Teori Ekologi
Tawuran dapat juga dipengaruhi oleh kualitas lingkungan. Misalnya ketika jarak sekolah yang terlalu berdekatan, sementara lingkungan sekitar tidak nyaman (contoh : bisingnya kendaraan bermotor, adanya terminal, orang berdesakan, dsb) sehingga menyebabkan emosi masing-masing individu lebih mudah terpancing. Selain itu, kualitas lingkungan yang nyaman dapat membuat pelajaran yang diterima di sekolah dengan mudah masuk dan diterima. Apalagi bila di sekitar lingkungan sekolah terdapat fasilitas belajar yang memadai. Misalnya dekat dengan perpustakaan, taman kota, atau tempat-tempat yang bisa dipakai untuk refreshing. Hal itu akan jauh berbeda dampaknya dibandingkan dengan sekolah yang dekat dengan terminal misalnya. Pulang dari sekolah, mereka nongkrong, merokok, dan dipaksa untuk melihat kekerasan sosial yang terjadi di sekitar sekolah mereka. Hal ini yang juga menyebabkan akhirnya perilaku dan mindset mereka terbentuk oleh lingkungan di sekitar sekolah.

Jenis-Jenis Tawuran pelajar

a.       Tawuran besar.
Tawuran ini berbentuk penyerangan oleh sekelompok siswa suatu sekolah terhadap siswa sekolah yang dianggap musuhnya.
b.      Tawuran antar basis.
Tawuran ini merupakan bentuk tawuran yang sering terjadi di mana sekelompok pelajar suatu sekolah atau beberapa sekolah ketika berangkat dan pulang dari sekolah selalu bersama-sama (basis = barisan siswa). Basis-basis ini mempergunakan identitas diri, yang pada umumnya mempergunakan nomor angkutan umum yang mereka pergunakan. Biasanya tawuran terjadi di luar lingkungan sekolah, yaitu di tempat-tempat pertemuan antar dua basis yang saling bermusuhan.
c.       Tawuran pelajar yang melibatkan warga.
Terdiri dari dua sub bentuk. Yang pertama, warga masyarakat yang terlibat membela anak-anaknya yang menjadi anggota basis karena diserang oleh basis lawannya ke pemukiman warga tersebut. Yang kedua, warga masyarakat yang terlibat bukan karena membela, tetapi sebagai bentuk usaha warga dalam membubarkan tawuran yang terjadi di pemukiman mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar