Jumat, 08 Agustus 2014

Sinopsis K Movie: The Commitment Part 3

The Commitment Part 2

Dae Hoo mengelilingi tempat parkir mobil hingga dia menemukan mobil yang dicari. Di atas motornya, dia menunggu si pemilik mobil datang. Ketika mobil mulai berjalan, dia mengikuti mobil itu. Di lampu merah, mobil berhenti. Setelah dia memastikan orang yang ada di dalam mobil adalah Buk Doo Sung, Dae Hoo mengeluarkan pistolnya. Buk Doo Sung yang menyadari bahwa Dae Hoo akan menembaknya, langsung menginjak gas. Dae Hoo menembak mobil Buk Doo Sung, tapi hanya berhasil memecahkan kaca mobil saja. Sambil terus menembak, Dae Hoo mengikuti mobil Buk Doo Sung. Sebelum Buk Doo Sung sempat mengambil pistol, Dae Hoo kembali menembak ke arah mobilnya dan berhasil mengenai ban depan.
Mobil Buk Doo Sung oleng dan menabrak orang serta tangki air  yang ada di depannya. Orang-orang di sekitar lokasi sibuk memotret, mengabadikan kecelakaan itu. Buk Doo Sung meringis kesakitan sambil memegang bahunya. Dae Hoo turun dari motornya dan menghampiri Buk Doo Sung. Dari dalam mobil, Buk Doo Sung menatap Dae Hoo. Melihat situasi yang terlalu ramai, Dae Hoo mengurugkan niatnya untuk membunuh Buk Doo Sung.
Di kantor polisi, Detektif Cha menganalisis kasus kecelakaan yang baru saja terjadi. Dari CCTV dia melihat Dae Hoo yang menggunakan motor dan membandingkannya dengan gambar pembunuh di lift. Dia menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan pemilik motor itu.
Untuk mengurangi stres nya, Dae Hoo berlari mengelilingi lapang basket sekolah. Lalu, dia duduk di kursi dan berusaha tersenyum ketika melihat fotonya bersama ayah dan adik tercinta. Dia mendengar suara ribut yang berasal dari lab kimia di dekat gedung olah raga. Ternyata, Gank sedang menyeret Hye In keruangan itu. Mereka merampas seluruh uang Hye In. Hye In berusaha melawan karena uang itu sangat penting baginya. Salah satu anggota Gank tidak sengaja membuat kemeja Hye In terbuka. Dae Hoo datang. Dia menghajar Gank yang kurang asem itu. Satu pukulan yang Dae Hoo lancarkan pada setiap anggota Gank berhasil membuat tulang-tulang mereka patah.
 Saat ujian, Hye In tidak masuk sekolah. Dae Hoo sedih menatap bangku Hye In yang kosong. Di sisi lain, para anggota Gank yang dulu sok kuat, sekarang ketakutan, tak berani menatap Dae Hoo. Melihat Dae Hoo yang melamun ketika ujian, pak guru hendak memukul kepalanya dengan tongkat. Refleks, Dae Hoo menangkis serangan pak guru hingga pak guru kesakitan. Menahan gengsi, pak guru menahan rasa sakitnya dan menyuruh Dae Hoo untuk berlutut d koridor.

Di koridor, siswa-siswa menyingir ketika Dae Hoo lewat. Di kantin, ketua gank kesulitan menyuapkan makanan karena tangannya patah. Dia mengumpati Dae Hoo dan sesumbar bahwa dia akan membalaskan dendamnya. Dae Hoo duduk di samping ketua Gank. Ketua Gank yang baru saja sesumbar, malah ketakutan ketika Dae Hoo duduk di sampingnya. Saking takutnya, setiap kali Dae Hoo melirik ke arahnya, ketua Gank malah cegukan. Padahal, Dae Hoo hanya menanyaan tempat kerja Hye In padanya.
Tidak hanya siswa, pak guru pun sepertinya takut pada Dae Hoo. Dia langsung mengizinkan Dae Hoo untuk pulang ketika Dae Hoo mengatakan bahwa dia sakit. Dia pulang lebih awal untuk mencari Hye In. Ketika mendatangi tempat kerja Hye In, temannya mengatakan bahwa Hye In telah berhenti bekerja.
Hye In menemui Dae Hoo di sekolah untuk mengembalikan seragamnya yang dia pinjam ketika kejadian di lab kimia. Dia memotong pendek rambutnya. Dia mengatakan akan berhenti sekolah dan melakukan hal lain. Ketika Dae Hoo hendak pergi, Dia memanggilnya dan meminta satu pertolongan pada Dae Hoo. Ternyata, dia meminta Dae Hoo untuk menyamar menjadi kakaknya dan mendaftarkannya di sebuah tempat latihan balet. Di tempat itu, Dae Hoo mengisi formulir dengan nama Lee Dae Hoo dan mengaku sebagai kakak Lee Hye In.
Hujan deras mengguyur ketika Dae Hoo dan Hye In akan pergi dari gedung tempat latihan balet. Hye In masuk kembali ke dalam untuk mengambil payung. Dae Hoo melihat seorang kakak yang sedang bermain dengan adiknya. Dae Hoo tersenyum. Kerinduan akan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga nampak jelas di wajahnya. Hye In yang telah membawa payung tersenyum ketika melihat Dae Hoo tersenyum.
Dae Hoo dan Hye In berjalan bersama. Dae Hoo memayungi Hye In dan membiarkan tubuhnya sendiri basah. Hye In protes dengan hal itu. Hye In memanggil Dae Hoo dengan panggilan kakak. Dia bertanya apakah Dae Hoo senang dipanggil kakak. Dae Hoo seperti biasa, diam tak menjawab. Hye In menyimpulkan bahwa biasanya orang yang tidak punya adik senang dipanggil kakak. Dae Hoo menjawab bahwa dirinya mempunyai seorang adik. Dia menyebutkan bahwa namanya sama dengan Hye In. Ketika ditanya berapa umur adiknya, Dae Hoo kembali diam. Hye In tidak memaksa Dae Hoo untuk menjawab. Dia memahami bahwa hal itu terlalu pribadi. Lalu, Hye In menanyakan, benarkah Dae Hoo berasal dari Yanbian. Dae Hoo tetap tidak menjawab.
Hye In membawa Dae Hoo ke pinggir sebuah suangai. Di sana dia menunjukkan dinding yang digambari peta dunia. Dia menceritakan bahwa dia hidup sebatang kara. Tidak ada orang tua maupun keluarga. Ketika dia merasa kesepian, dia mendatangi tempat itu. Dia bertanya, apakah Dae Hoo ingin pergi ke suatu tempat. Dae Hoo menjawab tidak ada. Hye In mengatakan bahwa dia ingin ke suatu tempat dimana tidak ada satu orang pun yang mengenalnya. Dia menceritakan, suatu hari dia merindukan orang tuanya. Lalu, dia datang ke tempat itu dan melempar gambar peta di dinding dengan permen karet. Ternyata permen karetnya tertempel di peta negara Jerman. Dia mencari tahu tentang negara Jerman dan menemukan bahwa di negara itu ada sebuah perusahaan tari yang terkenal. Untuk mewujudkan impiannya pergi ke sana, dia ingin menjadi penari.
Hye In menyuruh Dae Hoo untuk mencoba melempar permen karet di peta. Dae Hoo melakukannya. Hye In protes, harusnya Dae Hoo melemparnya ke arah Eropa. Kenapa Dae Hoo malah melempar permen karetnya ke samudera pasifik.


The Commitment Part 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar