Selasa 10 Juni 2014
Di part 2 diceritakan bahwa wanita earphone merah telah diterima bekerja sebagai detektive. Para detektive ditugaskan untuk menangani kasus perampokkan yang terjadi. Apa yang terjadi selanjutnya? Baca Sinopsis Could Eyes Part 3 di bawah
:)
:)
Sinopsis Could Eyes Part 3
Sekarang
wanita earphone merah sudah berkumpul bersama tim barunya. Dia mendengarkan
penjelasan yang sedang di berikan wanita lipstik.
“Julukan
Kuda Nil. Kita telah mengkonfirmasinya kemarin di dekat bank. Membeli air
dengan kartu transportasi. Kita beruntung mempunyai beberapa informasi.
Sekarang kita mempunyai beberapa petunjuk. Kemungkinan tinggal di luar Seoul.
Tapi, setelah dianalisa dia tinggal di distrik pusat. Wilayahnya dari aktivitas
stasiun Shindong, dengan radius 20 menit sekitar pinggirannya. Diharapkan terus
membawa senjata dan diperbolehkan menggunakannya. Bagi ke dalam beberapa
kelompok dan lakukan pengamatan dengan cepat.”
“Satu
untuk menyetir, empat untuk beraksi, satu untuk kamuflase. Total enam orang.
Ada satu Box deposit pribadi yang dikosongkan, apa yang ada di dalamnya? Siapa
lagi pemiliknya? Semua pihak harus mengamati. Semuanya harus bekerja keras. Ada
pertanyaan?”
Semua anggota rapat tidak memberi pertanyaan
apapun. Mereka menghadapkan wajah mereka ke arah wanita earphone merah.
“Pemula.
Perkenalkan dirimu!” Perintah Hwang Jeong pada wanita earphone merah. Tapi
wanita earphone merah hanya berdiri. Hwang Jeong yang memperkenalkan dia pada
timnya. “Dia divisi ke 29 perwira polisi Ha Yun Ju (hffff....akhirnya tahu
namanya). Code name: Flower hog/Bunga babi (Ok mulai sekarang aku panggil
flower hog).”
Flower
hog terkejut dengan julukannya sedangkan rekan timnya hanya tertawa.
Hwang
Jeong memperkenalkan anggota tim pada flower hog. Ternyata beberapa orang yang
sebelumnya ada di kereta merupakan anggota tim detective yang menyamar. Hwang
Jeong memanggil salah satu anggota yang dijuluki tupai. Seorang pria terlihat
merangkak diam-diam.
“Tupai
kau datang terlambat,” ucap Hwang Jeong.
Pria
yang tadi diam-diam merangkak lantas berdiri. “Aku disini.” Ucapnya yang
ternyata tupai (orang yang mengambil koran di kereta, Jun Ho 2PM). “Macet,”
Lanjutnya sambil tersenyum.
Satu
per satu teman tim yang dilewati si tupai memukulnya pelan. Bahkan ada seorang
yang melemparkan pinsil kepadanya sehingga dia mengaduh kesakitan.
Anggota
tim sedang bersiap-siap. Flower Hog mencoba mic dengan semangat. Hwang Jeong
menasihati flower hog dengan seolah membaca ramalan. Dia mengingatkan flower
hog untuk mengikuti setiap aturan.
Saat
flower hog menyimpan IDnya di dalam loker, tupai mengomelinya.
“Pemula.
Tidakkah kau tahu peraturan dalam mengamati? Kenapa kau taruh kartu ID mu di
dalam? Aigoo, lihat ekspresimu. Mata terbuka lebar. Apa kau perlu aku ajari?”
tupai berpura-pura marah.
“Berapa
umurmu?” tanya flower hog pada tupai.
Ditanya
seperti itu tupai hanya tersenyum. Tiba-tiba Hwang Jeong datang dan mencengkram
kerah leher belakang tupai. “Usia kalian sama. Bertemanlah kalian!” kata Hwang
Jeong smbil memasukkan tupai ke dalam loker. Hwang Jeong menutup pintu loker
itu, pintu terbuka, flower hog menendangnya, teman-teman yang lainnya pun
menendang pintu loker itu sambil lewat.
“Ugh,
Benar-benar.” Kata tupai.
Tim detective keluar dari lift. Mereka keluar dengan mobil
yang berbeda. Hwang Jeong dan Flower Hog berada dalam van yang sama. Semua alat
komunikasi terhubung diantara para detektif yang terjun ke lapangan. Alat
komunikasi juga terhubung ke kantor pusat dimana wanita lipstik memandu para
detektif dari sana.
Para detective yang menyamar, menyebar ke berbagai tempat.
Hwang Jeong mengatur dan melambangkan posisi para detective dengan baduk-baduk
hewan yang di letakkan di atas meja bergambar peta Seoul. Sementara, flower hog
yang masih pemula hanya ikut mengamati dari dalam van bersama Hwang Jeong.
Para detective melakukan pengawasan hingga malam. Namun,
mereka belum mendapat petunjuk sedikitpun. Flower Hog sempat menguap karena
lelah. Meski melihat Flower Hog yang lelah, Hwang Jeon tetap menguji kemampuannya.
“Flower Hog, jelaskan sepeda motor yang baru saja lewat!”
Perintah Hwang Jeong
“Itu sepeda motor pengiriman. Di daerah Seoul Samdong.”
Jawab Flower Hog.
Melihat Flower Hog masih
dapat fokus, Hwang Jeong menyuruh flower hog untuk sedikit beristirahat. Dia
menyuruhnya untuk sedikit berjalan-jalan jika flower hog mengantuk.
Flower Hog keluar dari Van. Dia meregangkan badannya.
Flower Hog berada di dalam sebuah toilet. Dia melakukan “bisnis”nya di toilet.
Tapi dia lupa untuk melepaskan semua alat komunikasi yang terpasang di
tubuhnya. Ketika dia asyik dengan “bisnisnya” tiba-tiba Hwang Jeong
mengingatkan untuk segerakembali jika urusannya sudah selesai. Flower Hog
merasa kaget sekaligus malu karena kekhilafannya. Semua agen yang mendengarkan
dia yang sedang “bisnis” menertawakannya.
Paginya, pria tegap (ternyata namanya James, mulai
sekarang saya panggil dia james J)
berjalan menuju minimarket. Dia memberikan kertas pada pekerja minimarket. Lalu
dia menuju ke belakang minimarket yang ternyata merupakan tempat
persembunyiannya. Di tempat persembunyiannya itu, denah kota seoul terpasang di
dinding. Dia merencanakan setiap kejahatannya dengan detil. Menandai tempat
mana saja yang memiliki cctv. Mencari celah-celah kosong yang bisa dia jadikan
tempat sasaran. Mengukur setiap detik yang akan dia butuhkan ketika dia dan
timnya melakukan “operasi”.
Waktu telah malam kemabali, para detektive masih
menyelidiki setiap tempat di distrik pusat. Seorang pria gendut yang mirip
supir truk yang mereka cari melewati van. Flower Hog menyadarinya. Dia memberi
tahu Hwang Jeong yang duduk di depannya. Hwang Jeong memerintahkan semua tim
untuk bergerak. Dia mengatur setiap anak buahnya untuk berada di tempat-tempat
tertentu agar mereka bisa mengkonfirmasi wajah pria yang baru saja melewati
van.
Tupai sudah menempati posisinya. Dia berhadap-hadapan
dengan si pria gendut yang dicurigai. Dia mengatakan pada timnya bahwa pria
gendut itu selalu menundukkan wajahnya sehingga dia tidak bisa mengkonfirmasi.
Van yang melewati jalan disekitar tupai dan pria gendut tiba-tiba mengklakson
dengan keras. Si pria yang dicurigai akhirnya mengangkat wajahnya.
“Bukan target,” lapor tupai setelah berhasil melihat wajah
pria gendut itu.
Seluruh anggota tim penyelidik kecewa. Wanita lipstik yang
terus mengawasi dari kantor pusat menumpahkan kekecewaannya dengan menendang
tong sampah yang ada di depannya.
James berada di atas gedung. Seperti sebelumnya, dia
memandu rekan perampoknya sambil mengawasi jalanan kota. Para perapok mencuri
dokumen-dokumen yang mereka incar dari sebuah gedung. Ketika para perampok
kabur menggunakan van, James tetap berdiri mengawasi. Melalui teropongnya, dia
melihat seseorang yang mengarahkan teropong ke arah dia berdiri di salah satu
kamar di gedung sebelah. Karena merasa sudah ketahuan, dia mendatangi kamar
orang tersebut. Saat pintu kamar dibuka, tanpa ampun dia mencekik dan mendorong
pria malang yang tadi tidak sengaja melihatnya tengah berdiri mengawasi
perampokan.
“Kau hidup sendiri?” tanya James. Tangannya mencengkeram
kerah leher pria malang.
Pria itu mengangguk ketakutan. James langsung merobek
leher pria malang dengan pisau pena yang ada ditangannya. Darah si pria malang
muncrat ke tembok. Tak cukup, James menikam perut pria malang dan menekannya dengan
keras. Pria itu sekarat. Dengan tatapan
dingin, James hanya melangkah mendekati teropong milik pria malang.
Kabar mengenai perampokan yang baru terjadi telah sampai
ke kantor detektive. Wanita lipstik yang mendapat kabar itu dimarahi oleh
atasannya melalui telepon karena para detektive belum bisa menangkap para
perampok, justru perampok itu malah melakukan aksinya kembali. Menyadari si
wanita lipstik akan mengamuk, salah satu anak buahnya yang berada di dalam
ruangan langsung memutuskan sambungan komunikasi dengan para detektive yang ada
di lapangan. Benar saja, setelah panggilan diakhiri, wanita lipstik langsung
memukul-mukulkan gagang telpon ke meja hingga telpon itu rusak. Sepertinya hal
itu sudah biasa terjadi karena setelah itu, anak buahnya langsung mengganti
telpon rusak itu dengan telpon baru. Parahnya, di loker si anak buah, berjajar
telpon-telpon baru yang sepertinya telah dipersiapkan untuk mengantisipasi
amukan wanita listik.
Si wanita lipstik mengambil
sebuah mik yang terhubung dengan para detektive di lapangan. Dia menyuruh para
detektive untuk mengkonfirmasi ulang daerah pengawasan dan memeriksa setiap
sudut wilayah yang ada di seoul. Setelah menyelesaikan kata-katanya, dia
membanting mik begitu saja. (ckkk,,,ckkk,,,bener2 deh Ahjuma ini... Horooooor).
Saat ini, flower Hog berada di luar van. Tiba-tiba dia
menyaksikan orang yang sedang dipukuli oleh para preman. Dia melapor pada yang
lainnya bahwa dia akan menolong orang itu. Hwang Jeong menghentikannya,
dia telah melaporkan itu pada polisi.
Flower Hog menyanggah. Hwang Jeong mengingatkan bahwa mereka ada dalam misi
penyamaran. Jika flower hog melakukan sesuatu di luar misi, maka penyamaran
akan terbongkar. Flower hog tidak mengindahkan peringatan Hwang Jeong. Dia
tidak mampu menghilangkan sisi kemanusiaannya. Dia melihat orang-orang itu
sudah terluka parah. Jika penyiksaan itu terus dibiarkan, ada kemungkinan si
korban bisa mati. Dia menghampiri para preman. Melihat wajah flower hog yang
cantik, si preman justru merayunya. Tanpa ba bi bu, flower hog langsung memukul
tangan si preman. Si preman berusaha melawan, tapi justru flower hog berhasil
memukul pinggang dan punduknya. Preman itu jatuh terjungkal. Preman lainnya berusaha memukul flower hog
dengan tongkat. Flower Hog berhasil menghindar dan menyerang balik si preman.
Preman itu pun terkapar. Flower hog menanyakan keadaan para korban. Tiba-tiba
preman yang sebelumnya terjungkal hendak menusuk flower hog dengan pisau.
Beruntung, Hwang Jeong datang dan melumpuhkan preman itu. Dengan marah Hwang
Jeong menyered Flower Hog pergi dari tempat itu.
Hwang Jeong membawa Flower Hog ke sebuah basement. Disana
dia memarahi Flower Hog karena tidak mau mengikuti aturan.
“Bahkan jika orang lain terbunuh di depanmu, kau harus mengabaikannya!”
Hwang Jeong berkata tegas.
Mendengar kata-kata Hwang Jeong, Flower Hog mempertanyakan
apa tugas mereka sebenarnya. Hwang Jeong mengatakan dengan tegas bahwa tugas
mereka adalah memburu tersangka. Hwang Jeong menyebutkan, dia tidak membutuhkan
orang yang bisa mengacaukan misi seperti Flower Hog. Dia pergi, meninggalkan
flower hog di basement.
***
Could Eyes Part 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar